Jokowi: Baik Bank Asing di RI daripada Nasabah Keluar Negeri
- VIVA.co.id/Agus Rahmat
VIVA – Presiden Joko Widodo menekankan masalah kompetisi dan keterbukaan informasi pada perbankan nasional. Hal itu disampaikan, saat pertemuan dengan para pimpinan bank umum di Indonesia.
Menurutnya, bank harus mengambil risiko dari kebijakannya. Tidak berada pada zona aman. Terlebih, saat ini kompetisi di era perbankan juga sangat ketat, dengan perubahan yang juga cepat.
Jasa keuangan di dunia, menurut Jokowi, sudah menerapkan keterbukaan. Bahkan, untuk membuka kredit saja, sudah sangat mudah. Maka, tidak ada pilihan lain selain memberi kesempatan bank internasional, untuk berada di Indonesia.
"Karena itu ke depan, kita tidak punya pilihan. Kita harus terbuka. Termasuk, persaingan dengan bank internasional yang masuk dan ada di Indonesia. Semua harus siap. Dan, menurut saya, lebih baik bank internasional ada di Indonesia daripada nasabah kita yang lari keluar, kalau saya. Pilihannya hanya itu," jelas Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.
Dia mencontohkan di Singapura. Orang Indonesia yang ingin membuka tabungan di negara itu, hanya satu jam perjalanan. Tiba di sana, sudah sangat mudah. Berbagai fasilitas kemudahan, diperoleh dengan sistem yang ada di negara tersebut.
"Buka rekening di situ sangat mudahnya. Ambil kartu kredit juga sangat mudah. Pinjam uang juga sangat gampang," kata Jokowi.
Maka, ia meminta bank-bank dalam negeri, untuk mempersiapkan diri. Kompetisi harus dilakukan untuk lebih baik. Jokowi selalu mencontohkan pengalaman ia sejak kecil di Solo. Saat itu, bank hanya ada satu yakni BRI. Karena tidak ada persaingan, siang hari sudah tutup.
Tetapi, begitu ada bank-bank lain, maka itu berubah. BRI memperbaiki layanannya dan mulai buka hingga malam.
"Sebab itu, saya wanti-wanti ke bank nasional kita, hati-hati persaingan semakin sengit dalam beberapa tahun ke depan, juga akan semakin sengit lagi," katanya.
Saat ini, Presiden mengatakan, memang sudah ada bank internasional yang masuk. Tetapi, melalui akuisisi bank yang ada di dalam negeri. Menurutnya, itu positif dan menunjukkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia.
"Saya dapat laporan bank terbesar di dunia suntik modal ke Indonesia. Suntikannya tak perlu saya sampaikan. 10 tahun lalu, beli bank di Indonesia dan tahun lalu dia merger. Dia masuk 15 besar bank di Indonesia. Seperti ini akan bertambah dan enggak apa-apa. Itu kepercayaan besar internasional kepada kita," jelasnya. (asp)