BI Tegaskan Kini RI Lebih Siap Hadapi Krisis
- REUTERS/Darren Whiteside
VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowadojo menegaskan pelemahan nilai rupiah terhadap dolar yang terjadi sepekan ini, hanya sementara. Dampaknya tidak akan sampai menciptakan krisis keuangan sebagaimana yang terjadi pada 2008 silam.
Sebab BI klaim, kebijakan pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh korporasi, mengedepankan kehati-hatian dalam implementasinya. .
"Kalau dulu, semua korporasi bisa pinjam ke luar negeri dan mumpung lagi murah, mereka pinjam. Tetapi, 3 tahun yang lalu kami sudah melihat bahwa ini mesti diatur supaya nanti kalau ada tekanan seperti sekarang, kita jauh lebih baik," ujar Agus di kantornya, 9 Maret 2018.
Dampak dari kehati-hatian tersebut menurut Agus, telah menghasilkan bukti nyata bahwa utang luar negeri yang dilakukan oleh korporasi saat ini sudah sehat dan teratur. Hal tersebut dibuktikan dengan likuiditasnya yang terjaga, adanya lindung nilainya, serta adanya peraturan yang jelas terkait rating minimum bagi korporasi untuk bisa melakukan pinjam ke luar negeri.
Faktor lainnya menurut Agus, saat ini transaksi menggunakan valuta asing juga telah dibatasi di Indonesia, di mana korporasi yang menjual produk dalam valuta asing telah dilarang.
"Tetapi, kita mengatur di dalam undang-undang mata uang, kalau transaksi di Indonesia antara residence dengan residence harus dalam rupiah. Jadi, kita semua ini ada di alam rupiah. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan," paparnya.
Selain itu, menurutnya, kedalaman pasar uang Indonesia juga telah berubah, dimana pada 2013 rata-rata hariannya hanya mencapai US$1-3 miliar, namun kini ke dalaman pasar uang telah mencapai US$6 miliar.
"Karena kami tidak hanya melakukan pendalaman-pendalaman tetapi, kita juga meng-introducing instrumen-instrumen pendalaman pasar keuangan secara berhati hati. Jadi indonesia sudah jauh lebih siap," tegasnya.
Sementara itu di sisi makro ekonomi Agus menegaskan, Indonesia saat ini telah menjadi lebih kuat serta telah siap menghadapi kondisi-kondisi yang terjadi di global sebagaimana yang terjadi saat ini.
"Jadi secara umum makro ekonomi kita, sistem keuangan kita baik. Kalau ada volatilitas itu adalah sesuatu dinamika yang banyak dipengaruhi faktor eksternal. Tapi Bank Indonesia akan selalu jaga. Jadi kita tidak perlu khawatir apalagi panik. Yang kita perlukan adalah waspada," ungkapnya.