CEK FAKTA: Jokowi Yakin ke Depan Perangnya adalah Perang Teknologi
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Calon Presiden petahana nomor urut 01, Joko Widodo, menyatakan bahwa masa depan akan dilanda dengan perang teknologi. Oleh karena itu Jokowi akan meningkatkan kapabilitas Tentara Nasional Indonesia dalam teknologi persenjataan dan siber bila menang Pemilu.
Demikian Jokowi saat penyampaian visi dan misi dalam Debat Pilpres Tahap Empat bersama Capres Nomor Urut 02, Prabowo Subianto, di Hotel Shangrila Jakarta, Sabtu malam 30 Maret 2019. Debat ini mengangkat empat tema, yaitu Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional.
Salah satu visi misi yang disampaikan Jokowi adalah penguatan kapabilitas TNI dalam mengantisipasi ancaman di masa depan. "Peningkatan kualitas SDM, pengembangan kualitas SDM TNI sangat diperlukan, mutlak diperlukan, terutama dalam hal penguasaan teknologi persenjataan dan cyber, karena ke depan perangnya adalah perang teknologi oleh sebab itu pembangunan alutsista di dalam negeri sangat diperlukan," ujar Jokowi.
Bagaimana Faktanya?
Ancaman perang teknologi ini pun sudah dinyatakan berbagai kalangan di dunia, mulai dari kalangan pengusaha hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB, melalui lembaga The United Nations Interregional Crime and Justice Research Institute (UNICRI) sudah memperingatkan bahwa robot dan kecerdasan buatan (AI) bisa membuat dunia tidak stabil, sehingga perlu suatu pusat kajian yang khusus.
"AI dan robot-robot yang diciptakan, memiliki serangkaian ancaman potensial bagi manusia: Mulai dari kekhawatiran umum atas automasi dan pengangguran massal sebagai dampaknya, hingga kekhawatiran lebih dramatis bahwa robot-robot pembunuh akan dikerahkan oleh mereka yang memiliki niat jahat. Atau justru mereka yang bisa memerintah sendiri," demikian peringatan UNCIRI, seperti dikutip dalam futurism.com.
Kalangan pengusaha pun mengutarakan kecemasan serupa. Salah satunya dari Jack Ma saat berbicara di World Economic Forum yang berlangsung di Davos, Swiss, Januari lalu. Bagi dia, perkembangan teknologi bisa picu Perang Dunia Ketiga.
"Perang Dunia I adalah karena revolusi teknologi pertama. Lalu revolusi teknologi kedua menyebabkan perang dunia kedua. Sekarang ini adalah revolusi teknologi yang ketiga," kata Ma, seperti dikutip CNBC, 24 Januari 2019.
Begitu pula dari Elon Musk, miliarder pemilik SpaceX dan Tesla. Menurut Musk, bila tidak bisa dikontrol, teknologi kecerdasan buatan pun akan bisa jadi bumerang di masa depan.