Novanto Lengser, PDIP Kian Mesra dengan Golkar di Jabar
VIVA – PDI Perjuangan merespons positif inisiasi Partai Golkar yang ingin kembali berkoalisi di Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Penjajakan koalisi ini dilakukan setelah Golkar menarik dukungan terhadap Ridwan Kamil.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bila terealisasi, koalisi PDIP-Golkar akan memperbesar peluang kemenangan beberapa daerah di Pilkada serentak Jawa Barat.
"Menurut kami itu positif jika bisa dilakukan karena antara PDIP dan Golkar sama-sama parpol pengusung pemerintahan sehingga kerja sama di Jawa barat akan memperkuat dan memperbesar peluang untuk bisa memenangkan pilkada di Jawa Barat," kata Hasto di kawasan Jakarta Pusat, Kamis 21 Desember 2017.
Menurut dia, partainya tak mau terburu-buru mengumumkan pasangan calon untuk Pigub Jawa Barat. Dinamika politik mencair karena kemungkinan bisa saja Dedi Mulyadi dimajukan kembali berduet dengan kader atau tokoh-tokoh yang diusung PDIP.
Terkait nama-nama yang beredar, sejumlah tokoh masuk dalam pantauan PDIP seperti Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri, Irjen Pol Anton Charliyan, Puti Guntur Soekarno, TB Hasanuddin, hingga Bupati Majalengka, Sutrisno.
"Karena itu dialog secara intens kita lakukan baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun tingkat pusat," kata dia.
Hasto menambahkan, didorongnya tokoh dari eksternal partai masih berpeluang dilakukan. Hal itu pula terjadi pada Pilgub Jawa Barat 2013 lalu, di mana PDI P mengajukan pasangan calon Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki.
Meski kalah, saat itu suara pasangan Teten-Masduki terpaut tipis dengan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang saat ini menjadi duet kepala daerah Jawa Barat.
"Nanti kita umumkan Januari (2018). Jadi nanti Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan dan Maluku Utara akan dilakukan bersama-sama," kata dia.
Sebelumnya, Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto mengusung Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dengan diduetkan bersama kader Partai Beringin, Daniel Mutaqien. Namun, begitu Novanto lengser dan digantikan Airlangga Hartarto, arah dukungan Golkar berubah. Golkar mencabut dukungan terhadap Ridwan Kamil karena terlalu lama memutuskan nama pendampingnya sebagai calon wakil gubernur. (ren)