Fadel: Munaslub Dulu, Baru Pergantian Ketua DPR
- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVA – Anggota Dewan Pembina Partai Golkar, Fadel Muhammad menilai seharusnya pergantian Ketua DPR Setya Novanto ke kader Golkar lain tak dilakukan buru-buru. Menurut dia, sebaiknya pergantian ketua DPR dilakukan pasca musyawarah nasional luar biasa (munaslub) memilih ketua umum Golkar yang baru.
Bagi Fadel, bila dilakukan secara buru-buru dikhawatirkan akan berdampak terhadap citra Golkar.
"Saya pikir ini kan menyangkut kepentingan Golkar, Golkar ini kan partai besar, partai ada aturan-aturannya. Jadi kami para senior sudah menganjurkan kalau boleh diadakan munaslub dulu," kata Fadel di gedung DPR, Jakarta, Senin 11 Desember 2017.
Ia mengatakan, keinginan munaslub sebenarnya disiapkan akan diselenggarakan pada pertengahan Desember ini. Setelah munaslub, pimpinan DPP Golkar yang baru menentukan siapa yang jadi pimpinan DPR.
Fadel khawatir bila dipaksakan dilakukan pergantian ketua DPR, maka akan percuma. Sebab, bila ada munaslub dan terpilih ketua umum yang baru, maka kemungkinan akan ditentukan lagi kader yang menjadi pimpinan DPR.
"Kalaupun sekarang dipaksakan seperti kehendak beberapa orang, maka pasti nantinya pada waktu pemilihan munaslub, ketua Golkar baru, pasti menurut perasaan saya akan terjadi pergantian lagi yang dikehendaki oleh pimpinan ketua Golkar yang terpilih," kata Fadel.
Menurutnya, bila Golkar terlalu melakukan gonta-ganti ketua DPR, maka juga tak bagus untuk sebuah lembaga tinggi negara.
"Kami sebagai senior dan saya sudah empat kali menjadi pengurus DPP. Sekali pengurus DPD I Golkar merasa malu dengan melihat permasalahan yang kami hadapi sampai hari ini. Mudah-mudahan jangan lagi terulang sekarang," tutur Fadel.
Baca: MKD: Novanto Tunjuk Aziz Syamsudin Sebagai Pengganti
Kemudian, ia menegaskan harapannya agar pergantian pimpinan DPR tak dilaksanakan terburu-buru dan terkesan dipaksakan seperti hari ini. "Kami lihat sekarang masih rapat-rapat, kemarin, terkesan terburu-buru. Ini tak bagus," ujar Fadel.
Terkait surat yang dikirimkan Setya Novanto, ia membenarkan adanya dua surat. Surat pertama ditujukan untuk pimpinan fraksi dan satunya lagi pimpinan DPR. "Surat itu meminta agar Aziz (Aziz Syamsudin) yang gantikan dia. Dua surat terpisah. Surat pertama katakan dia mengundurkan diri dari DPR," kata Fadel.