Ahmad Dhani: Kata Pribumi Isu Seksi untuk Pemilu 2019
- VIVA.co.id/Nuvola Gloria
VIVA – Pidato Anies Baswedan yang menyinggung kata pribumi usai dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi polemik. Bahkan Anies dilaporkan ke polisi. Politikus Partai Gerindra Ahmad Dhani pun membela Anies. Dhani mempertanyakan pelaporan terhadap Anies.
"Soal laporan Anies terkait pribumi, saya rasa kita harus tahu dulu kalau dilaporkan itu pasal berapa. Enggak ada yang tahu kan pasal berapanya. Dilaporkannya, masuk KUHP atau ITE, itu belum ada yang tahu," kata Dhani usai menghadiri konferensi nasional temu kader Gerindra di Sentul Internasional Conventional Center (SICC), Rabu, 18 Oktober 2017.
Ia mengatakan tidak ada kata yang salah disampaikan Anies saat pidato, termasuk menyinggung kata pribumi. Justru menurut dia, ada yang memainkan isu ini karena memperhitungkan figur Anies di Pemilu 2019 mendatang.
"Saya kira kata pribumi itu isu seksi untuk Bang Anies sebagai politisi yang diperhitungkan di 2019 mendatang,” tutur Dhani.
Kemudian, terkait kehadirannya di acara Gerindra, Dhani ingin membuktikan diri sebagai kader partai. Menurutnya, sejak 2016, saat mencalonkan pemilihan kepala daerah di Bekasi, ia sudah menjadi anggota partai.
"Sebenarnya saya menjadi kader Gerindra semenjak tahun 2016, waktu mencalonkan sebagai kepala daerah di Bekasi. Hari ini KTA DPP kemarin DPC," kata pentolan grup band Dewa 19.
Baca: Menkumham Minta Polemik Kata 'Pribumi' Anies Disudahi
Kata pribumi menjadi kontroversi pasca Anies menyampaikan pidato. Dalam pidatonya, Anies menyinggung kata pribumi. Namun, konteksnya bukan berhadap-hadapan dengan non pribumi, melainkan era kolonialisme. Dia mengingatkan bila bangsa ini sudah lama ditindas oleh kolonialisme.
Berikut sebagian kutipan pidato Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, usai dilantik menjadi Gubernur DKI, 16 Oktober 2017.
Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami.
Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila.
Jakarta bukan hanya sekedar kota, dia adalah ibukota maka di kota ini Pancasila harus mengejawantah, Pancasila harus menjadi kenyataan. Setiap silanya harus terasa dalam keseharian. Dimulai dari hadirnya suasana ketuhanan di setiap sendi kehidupan ibukota. Indonesia bukanlah negara berdasarkan satu agama. Namun Indonesia juga bukan sebuah negara yang alergi agama apalagi anti agama. Ketuhanan selayaknya menjadi landasan kehidupan warga dan kehidupan bernegara sebagaimana sila pertama Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa.
(ase)