Buya Syafii: Isu Kebangkitan Komunis Dibuat-buat
- antaranews.com
VIVA.co.id – Buntut tindakan pembubaran diskusi yang digelar di LBH di Jakarta dan berakhir dengan kericuhan mendapatkan perhatian khusus dari Mantan Ketua PP Muhammadiyah Buya Safii Maarif.
Guru besar UNY itu menilai isu kebangkitan komunisme di Indonesia adalah isu yang dibuat-buat. Diskusi terkait pelurusan sejarah di Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sah-sah saja.
“Kebangkitan ideologi komunis sekarang ini seperti mimpi di siang bolong. Faktanya negara-negara yang dulu merupakan pusat komunis sekarang sudah berubah, seperti di Rusia yang hanya didukung 13% dari total penduduk dan China yang sudah menjadi kapitalis. Isu kebangkitan komunis adalah isu yang dibuat-buat,” ujar Buya, Senin 18 September 2017.
Buya juga melihat komunis di Vietnam juga sudah berubah ke arah kapitalisme. Sedangkan komunisme di Korea Utara hanya sebagai upaya untuk melanggengkan kedikatoran.
Hadirnya para penolak komunisme, terlebih seperti insiden di LBH Jakarta, Buya menganggap itu adalah permainan politik yang tidak ingin negara dalam kondisi damai. Atau, bisa jadi insiden itu dimotori oleh orang-orang yang tidak ingin kasus 1965 terungkap fakta sesungguhnya.
“Sampai sekarang saya tidak melihat komunis akan membahayakan Indonesia. Malahan yang saat harus kita waspadai adalah ancaman dari radikalisme agama yang tumbuh subur di belahan dunia akibat kegagalan lahirnya demokrasi (Musim Semi) di Arab,” ujarnya menambahkan.
Terlebih lagi, radikalisme sudah masuk ke perguruan-perguruan tinggi sehingga menarik pemuda untuk bergabung karena janji-janji palsu yang dilontarkan. Tidak hanya itu, minimnya lapangan pekerjaan, dan pembiaran dari pemerintah sebelumnya menjadikan radikalisme tumbuh subur dan berkembang menjadi terorisme.
“Masyarakat harus waspada terhadap orang-orang yang sebelumnya pernah bergabung dengan ISIS ketika mereka diizinkan kembali. Jika tidak mau berubah maka satu-satunya solusi adalah dilumpuhkan,” lanjutnya.
Kehadiran radikalisme di perguruan tinggi, terutama jurusan eksa, menurut Buya meskipun terlambat harus segera dilawan secara masif. Karena itulah dalam pertemuan dengan 4.500 perwakilan dari perguruan tinggi di Bali pada 25-26 September, Buya mengajak perguruan tinggi untuk melarang kehadiran radikalisme.