Membaca Peta Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta
- Moh Nadlir - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Pilkada DKI 2017 mesti dilanjutkan pada putaran kedua, mengingat tidak ada satu pun pasangan calon yang meraih suara di atas 50 persen. Paling tinggi, Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, memperoleh 43 persen berdasarkan penghitungan cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Menuju putaran kedua, SMRC yang diwakili oleh Ade Armando selaku Direktur Komunikasi, coba membaca pergerakan yang terjadi jelang putaran kedua nanti. Ia mengaku, hal itu cukup sulit mengingat persaingan yang ketat.
"Kampanye terbuka kan sudah ditiadakan di putaran dua nanti, maka peristiwa yang menyangkut Ahok-Djarot dan Anies-Sandi dalam keseharian mereka, bakal turut berpengaruh di komposisi suara berikutnya," ujar Ade, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Rabu, 15 Februari 2017.
Ade menjelaskan bahwa asumsi kedua kandidat di atas terjadi ketika paslon nomor 1 yakni Agus-Sylvi kalah, yang mana dalam semua penghitungan cepat, mereka menduduki posisi buncit. Terdapat kemungkinan, kalau suara pendukung Agus bakal pecah ke antara dua kandidat yang bertahan nanti.
"Ada kemungkinan, pemilih Agus akan diam tak memilih, atau memilih dua pilihan yg ada. Di antara pilihan yang ada, sifatnya bisa rasional atau emosional juga," katanya.
Kondisi rasional terjadi ketika para pendukung Agus di putaran kedua nanti, memilih atas dasar siapa kandidat yang lebih baik. Lantas menurut Ade, faktor emosional ada saat para pemilih nomor satu mengkaji dari sisi perselisihan antara Agus-Sylvi kontra paslon lainnya, mana yang lebih bersahabat dengan Agus, itulah pilihannya.
"Dengan angka yang ketat tersebut, maka tidak terlalu mudah dalam melakukan prediksi. Ia akan terus ketat dan dipengaruhi situasi serta kondisi dua bulan ke depan, sampai April," tutur Ade.