Depok Menuju Kota Bebas Sampah
VIVA.co.id – Depok sebagai penyangga ibukota memiliki peran penting yakni menjaga ekosistem lingkungan sepanjang Sungai Ciliwung yang melintas di Kota Depok yang kondisinya bagus dan hijau bahkan sering menjadi sarana rekreasi dan edukasi.
Perjuangan tidak kenal lelah dilakukan sang Wali Kota untuk menjadikan Depok asri dan nyaman. Pemkot Depok dan masyarakat bersinergi mewujudkan Kota Depok bebas sampah.
Fakta di lapangan menunjukkan, Depok merupakan destinasi warga yang menginginkan hunian yang asri dan nyaman yang dilengkapi dengan fasilitas umum lengkap. Dengan luasan 200,2 m2 atau 1/3 wilayah Jakarta, Depok begitu memikat banyak orang untuk bertempat tinggal. Apalagi Pemerintah Depok dengan slogan ‘Friendly City’ atau Depok Kota Sahabat semakin ramah saja kepada pendatang.
Tekad Pemkot Depok itu dipimpin langsung oleh KH. Dr. Mohammad Idris, M.A. guna memberikan kenyamanan buat warga. Nyaman itu identik dengan kebersihan lingkungan. Lingkungan yang bersih itu ditandai dengan bebas sampah dan tanaman yang menghijau.
Nyaman itu jika tercipta suatu kondisi ruang kota yang bersih, sehat, asri, harmonis, berwawasan lingkungan, dan ramah bagi kehidupan masyarakat. Depok berupaya mewujudkannya. Langkah besar itu mulai diwujudkan.
“Menjadikan sebuah kota ‘zero waste’ (bebas sampah) itu bukan sesuatu yang tidak mungkin.Kami berupaya maksimal untuk menjadikan Depok nyaman buat warganya,” ujar Dra. Kania Parwanti, M.Si., Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot Depok.
Depok Pelopori ‘Aksi Ketuk Pintu’ untuk Bebas Sampah
Dengan penduduk mencapai 2,2 juta jiwa saat ini, timbunan sampah yang masuk ke TPA Cipayung jika per orang rata-rata menghasilkan 2 kg sampah tentu akan sangat banyak. Inilah yang menjadi masalah buat kita.
Untuk mengantisipasinya, November ini, Pemkot Depok me-launching program ‘Aksi Ketuk Pintu’. Dalam program unik ini, Wali Kota dan Wakil Wali Kota mengetuk pintu supermarket untuk mensosialisasikan Perwa No 58 tahun 2016 tentang pengurangan sampah melalui pengurangan penggunaan kantung belanja plastik dan wadah makanan dan minuman.
Bagi DKP dan BLH, berbekal UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah tersebut makin bekerja dengan keras. Sejak tahun 2006 hingga sekarang menjalankan aksi pengurangan sampah dengan 3 cara yakni, dari sumber sampah, skala kawasan melalui Unit Pengolahan Sampah (UPS) dan pengolahan di TPA.
Pengurangan di sumber dilakukan dengan cara sosialisasi ke RT dan RW dan membentuk bank sampah. Sekarang sudah terbentuk sekitar 500 bank sampah. Untuk pengolahan sampah, kini sudah ada sekitar 40 unit UPS. Ini dilakukan dengan memilah 5 jenis sampah yaitu, organik, anorganik, anorganik kering, residu dan B3.
Sedangkan pengolahan sampah di TPA Cipayung dilakukan dengan sistem control landfill, pengolahan air lindi, dan pemanfaatan gas metan. Pembuatan pupuk organik dan pemanfaatan sampah dilakukan guna mengurangi sampah yang masuk TPA.
Saat ini kapasitas TPA sudah sangat terbatas. Karena itu, Pemkot Depok berupaya keras mengurangi sampah dengan membuat Perda dan Perwa tentang pengolahan sampah. Yang terbaru yakni Perwal 58/2016 tentang Pengurangan sampah Kantong Belanja Plastik dan Wadah Makanan Minuman Berbahan Styrofoam. Plastik dan Styrofoam sangat sulit terurai bila terbenam di dalam tanah. Tanah akan tercemar dan tentu sulit ditanami.
“Pengurangan konsumsi plastik bisa menekan sampah plastik hingga 10 persen. Ingat sampah plastik itu tidak dapat diurai dan sangat berbahaya untuk tanah,” ujar Wali Kota yang juga seorang kyai ini.
Upaya ini tidak akan pernah berhenti sampai kapanpun karena semangat mengurangi sampah. Dukung plastik berbayar. Karena itu ada ‘Aksi Ketuk Pintu’ untuk mengajak semua lapisan masyarakat mengelola sampah dengan bijak. Mari dukung Kota Depok untuk zero waste. (webtorial)