Demokrat Dinilai Lambat Menindak Ruhut Soal Plesetan HAM
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Pemuda Muhammadiyah menyesalkan lambannya sikap Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dalam menindaklanjuti tindakan tidak etis yang dilakukan oleh Ruhut Sitompul.
Sikap Ruhut yang dinilai tidak etis adalah terkait ucapannya yang memplesetkan istilah HAM menjadi Hak Asasi Monyet.
Saat ini, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, telah memutuskan bahwa Ruhut bersalah akan tindakannya itu. Bahkan, MKD telah menjatuhkan hukuman ringan berupa peringatan tertulis kepada Ruhut.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, harusnya SBY merespons surat yang sempat dikirimkan terkait sikap nir-adab (tidak beradab) Ruhut itu.
"Kita kecewa, Pak SBY belum merespons surat yang kami sampaikan tersebut, padahal surat tersebut terkait dengan suara publik, yang terganggu dengan sikap nir-adab yang ditunjukkan Ruhut pada kesempatan lalu," jelas Dahnil, saat dihubungi, Senin 3 Oktober 2016.
Dahnil menyebut bahwa surat yang sempat pihaknya kirim kepada SBY itu, sebagai pesan yang terang bahwa Ruhut memang merusak keadaban publik. Sebab, yang publik pahami, apa yang dilakukan Ruhut itu tidak sesuai dengan semangat politik santun yang dijalankan SBY maupun Partai Demokrat.
"Kontradiktif dengan fatsoen politik Pak SBY sejak awal. Sekarang, karena beliau lambat merespons protes kami nir-adab lakon Ruhut terbukti merusak," kata dia.
Sebelumnya, atas aduan soal Hak Asasi Monyet dari Muhammadiyah, MKD sudah menjatuhkan sanksi kepada Ruhut. Anggota Komisi III DPR ini mendapat sanksi ringan, yakni teguran tertulis.
Terkait adanya aduan tersebut, Ruhut pun mengaku bahwa dia tidak terkejut. "Sudah terlalu sering bos, sudah terlalu sering aku lihat orang mengadu-ngadu," kata Ruhut kepada VIVA.co.id.
Ruhut mengungkapkan, dirinya adalah manusia yang juga bisa berbuat salah. Karena itu, dia tidak bisa menjamin sebagian dari pernyataan, atau sikapnya menyinggung orang lain.
"Bos, kita kan bukan malaikat kan. Jadi, kalau kau mau lihat beritanya, orang yang memulai. Kalau aku kan diam saja bos. Orang yang memulai. Tapi kalau aku yang balas memaki-maki, selalu aku yang disalahi," kata Ruhut.
Ruhut pun mengaku tidak takut atas ancaman sanksi berat yang bisa dijatuhkan kepadanya. "Enggak doong, kan selama kita bicara kebenaran kan bos. Enggaklah," ujar dia. (asp)