Peneliti: Tak Tegas Terhadap Kader Jadi Kelemahan Demokrat

Acara deklarasi tujuh pasangan calon pilkada dari Partai Demokrat di Jakarta.
Sumber :
  • Rifki Arsilan

VIVA.co.id – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyebutkan, berlarut-larutnya kasus kader Partai Demokrat yang membelot seperti Ruhut Sitompul dan Hayono Isman, menunjukkan kelemahan partai berlambang Mercy itu. 

5 Legislator AS dari Partai Demokrat Kompak Terima Ancaman Bom di Rumahnya

Dari kasus tersebut, menurut dia, terlihat jelas bagaimana Partai Demokrat tidak tegas ke kadernya yang salah arah. Padahal, kata dia, seharusnya partai yang diketuai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu belajar dari "bandelnya" Anas Urbaningrum di masa lampau yang mendirikan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), ketika Partai Demokrat sedang menggelar konvensi.

"Iya berlarut-larut, masih tidak jelas. Itulah kelemahan dari Demokrat. Dulu, kasusnya Anas begitu juga," ujar Siti kepada VIVA.co.id, Minggu malam, 2 Oktober 2016.

Cek Fakta: Kritik Naturalisasi Timnas Indonesia, Anita Jacoba Gah Dipecat Partai Demokrat

Siti mengungkapkan, sikap Ruhut yang berseberangan dengan partainya sendiri bukan yang pertama kali. Sebelumnya, Ruhut sering melakukan positioning yang tidak sejalan dengan kebijakan partai.

"Tentu ini tak elok, akan menjadi stigma (negatif) bahwa partai itu menjadi tidak berintegritas. Bukan hanya Demokrat yang punya masalah. PDIP juga sama, tetapi kader yang tidak sejalan mereka memilih keluar. Itu Boy (Sadikin) lebih elok, lebih gentle melakukan itu. Mundur dan akhirnya bersikap," ujar Siti.

Anggota DPRD Partai Demokrat Diduga Selingkuh, Pengakuan Mengejutkan Pembunuh Wanita tanpa Kepala

Menurut Siti, jika partai Demokrat serius membangun partai politik sebagai pilar demokrasi, siapapun kadernya yang terikat dengan Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART) partai tak boleh seenaknya sendiri. Alasannya, kebijakan suatu partai politik bersifat mengikat kepada kader.

"Kalau tidak pas dan sebagainya ya mundur, ada penalti. Harusnya kader manut karena terikat dengan kode etik parpol. Jadi siapapun lebih bagus mundur kalau tidak sepaham," ujar Siti.

Diketahui, kemelut antara Ruhut Sitompul dan Hayono Isman dengan pengurus Partai Demokrat terjadi, lantaran perbedaan pandangan soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

Ruhut dan Hayono mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat. Sementara itu, Partai Demokrat sendiri mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. (asp)

Ketua DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron (kanan) usai menghadiri HUT ke-60 Partai Golkar di SICC, Bogor, Jawa Barat

Respons Megawati, Demokrat Nilai Anggaran Makan Bergizi Rp 10 Ribu Sudah Pas

Ketua Demokrat, Herman Khaeron, menilai anggaran makan bergizi gratis sebesar Rp 10 ribu, sudah pas. Ini juga merespons pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

img_title
VIVA.co.id
13 Desember 2024