Pilkada Jakarta Bikin Puluhan Ulama Bergerak
- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id - Jelang Pilkada Jakarta 2017, puluhan ulama beserta ormas Islam menggelar doa bersama di Masjid Istiqlal. Silaturahmi akbar tersebut, melahirkan Risalah Istiqlal yang menjadi pedoman bagi umat memilih pemimpin muslim yang baik di Pilkada mendatang.
"Sejarah mencatat bahwa negara ini merdeka, karena dipimpin para ulama, kiai, dai, dan tokoh Islam. Sudah saatnya, umat bersatu memilih pemimpin muslim yang baik dan amanah," kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Didin Hafidhuddin, dalam keterangan resminya, Senin 19 September 2016.
Menurutnya, salah satu kriteria pemimpin yang baik adalah orang yang beriman. Bukan pemimpin kasar, arogan, dan suka menggusur rakyat.
"Kita doakan DKI (Daerah Khusus Ibukota) dipimpin pemimpin baru. Pemimpin yang cinta umat. Siapa pemimpin terbaik? Yaitu, orang yang beriman," katanya.
Sementara itu, KH Bachtiar Nasir mengatakan bahwa tidak ada politik praktis di masjid, kalau itu adalah berbicara tentang partai, atau menyerukan memilih kandidat tertentu. Tetapi, berbicara mengenai dakwah menjadi tugas para tokoh untuk menyampaikannya kepada umat Islam.
"Yang datang di Istiqlal dari kiai hingga anak-anak dan panti asuhan. Kenapa? Karena, tokohnya mau bersatu. Kita sudah lobi, tidak ada lagi kelompok muslim yang golput," katanya.
Sedangkan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid mengatakan, dari masjid sebuah peradaban dibangun. Dari masjid, harus lahir pemimpin muslim.
"Masjid Istiqlal, artinya masjid yang menghadirkan kemerdekaan. Adalah masjid yang membela kaum lemah, menghadirkan kesejahteraan," katanya.
Tak ketinggalan, mantan Ketua MPR Amien Rais menghimbau, agar umat Islam tak termakan isu yang tidak benar di media sosial.
"Jangan sampai kalah oleh suara di media sosial yang belum tentu benar. Tunjukkan kita juga punya banyak cara melawan balik," katanya.
Usai doa bersama dan tausiah kepemimpinan muslim, para ulama dan tokoh melahirkan kesepakatan bersama yang tertuang dalam Risalah Istiqlal. Ini menjadi sikap politik yang diharapkan menjadi pedoman bagi umat Islam dan partai politik dalam memilih Gubernur DKI Jakarta.
Berikut poin Risalah Istiqlal tersebut:
1. Kepada seluruh ummat Islam, agar merapatkan barisan untuk memenangkan pemimpin muslim yang lebih baik.
2. Diserukan kepada seluruh partai pro rakyat, agar berupaya maksimal untuk menyepakati satu calon pasangan gubernur muslim.
3. Diserukan kepada seluruh umat Islam, agar beramai-ramai menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada DKI 2017.
4. Diserukan kepada umat Islam untuk berpegang teguh kepada agamanya dengan hanya memilih calon muslim dan haram memilih non muslim dan haram golput.
5. Diserukan kepada kaum muslim untuk menolak, melawan, dan melaporkan segala bentuk suap (money politic, serangan fajar).
6. Pentingnya partai politik pro rakyat untuk memaksimalkan daya yang mereka miliki, serta melibatkan seluruh potensi/elemen umat untuk memenangkan pasangan cagub-cawagub yang disepakati umat.
7. Mengokohkan ukhuwah dan mewaspadai segala bentuk fitnah dan adu domba yang ditujukan kepada calon diusung oleh umat.
8. Mengingatkan seluruh pengurus KPUD DKI, RT-RW yang ditugaskan sebagai KPPS untuk mengawal dan mengawasi jalannya Pilkada, agar terwujud Pilkada yang jujur dan adil.
9. Mengimbau kepada partai yang mendukung calon non muslim untuk mencabut dukungannya. Apabila tidak mengindahkan imbauan, maka diserukan kepada umat untuk tidak memilih partai tersebut. (asp)