Bamsoet: BG Paham Tantangan yang Dihadapi BIN
- Istimewa
VIVA.co.id – Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo mengatakan, jika tak ada aral melintang Budi Gunawan (BG) akan menjalani fit and proper sebagai calon Kepala BIN di Komisi I DPR RI pada Rabu, 7 September 2016.
Baginya, sosok BG tidakl asing. Selain lebih dari 10 tahun menjadi mitra komisi III sebagai salah satu pimpinan Polri, BG juga pernah lolos dengan mulus saat fit and proper sebagai calon Kapolri di Komisi III hingga paripurna.
"Saya yakin, fit and proper kali ini pun di Komisi I akan berjalan mulus. Sebagai jenderal polisi bintang tiga dan orang nomor dua di Polri, BG tentu sangat paham tantangan yang bakal dihadapi BIN ke depan dan akan dibawa kemana institusi indra presiden tersebut," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Senin, 5 September 2016.
Ia menambahkan, penetrasi jaringan teroris, sindikat narkotika, korupsi dan pasar gelap menjadi tantangan terkini yang dihadapi Indonesia. Semua kecenderungan itu harus disikapi dengan respons tegas dan lugas demi terjaganya ketahanan nasional.
"BG diyakini mampu melakukan penguatan intelijen nasional dari waktu ke waktu. Dan itu menjadi pilihan tak yang terelakan. Inilah garis besar permasalahan yang dihadapi dan harus dikerjakan oleh BG sebagai pimpinan Badan Intelijen Nasional (BIN)," kata Bambang.
Menurutnya, sudah begitu sering intelijen negara dipersalahkan dan dituding kecolongan. Dalam persepsi kebanyakan masyarakat awam, sejumlah peristiwa atau kasus seperti serangan teroris, penyelundupan narkoba, penyelundupan produk manufaktur dan senjata api hingga praktik korupsi.
"Seharusnya bisa ditangkal jika intelijen negara bekerja efektif. Hingga kini, masyarakat masih berasumsi bahwa kerja intelijen negara belum cukup efektif. Akibatnya, Indonesia terus menghadapi persoalan ancaman terorisme, maraknya penyelundupan narkoba, korupsi yang tak kunjung menurun hingga terbentuknya pasar gelap untuk ragam penyelundupan produk manufaktur, termasuk pasar gelap yang memperdagangkan senjata api (senpi)," katanya menambahkan.
Ia mencontohkan percobaan serangan bom bunuh diri pada sebuah rumah ibadah di Medan, Sumatera Utara, minggu (28/8) lalu, menjadi penanda masih tingginya aktivitas sel-sel teroris di dalam negeri.
"Pada kasus serangan di Medan, muncul indikasi bahwa kelompok teroris Sumatera berafiliasi dengan ISIS. Sebab, pola dan target serangan sama dengan serangan serupa oleh jaringan ISIS pada sebuah rumah ibadah di Nomardy, Prancis, Juli 2016. Pada kasus ini, intelijen negara lagi-lagi dituding kecolongan."
Ia menilai, kelemahan intelijen negara pun terlihat sangat mencolok pada keberhasilan sindikat narkotika, lokal maupun internasional, melakukan penetrasi dengan membentuk sel-sel mereka dalam tubuh birokrasi negara. Gambaran umum tentang keberhasilan penetrasi sindikat narkoba itu tercermin pada sejumlah hasil tangkapan petugas Badan Narkotika Nasional (BNN), termasuk muatan kisah yang dituturkan gembong narkoba, almarhum Freddy Budiman.
(mus)