Politikus PDIP: Reshuffle Jilid II Terlalu Murahan
VIVA.co.id - Anggota Komisi III DPR Fraksi PDI Perjuangan, Junimart Girsang, menilai reshuffle kabinet jilid II sebagai tindakan yang dianggap terlalu murah bagi seorang presiden.
"Yang pasti reshuffle ini, saya melihat terlalu murah bagi presiden untuk melakukan reshuffle. Kita tidak melihat adanya hal yang betul-betul bisa mengubah ke arah yang lebih bagus," kata Junimart di Gedung DPR, Jakarta, Rabu, 27 Juli 2016.
Ia mencontohkan Menteri Perdagangan Thomas Lembong yang baru saja masuk ke dalam kabinet, tapi sudah dicopot dari jabatannya. Ia mempertanyakan masa jabatan menteri yang begitu singkat.
"Ini ada apaan, kok terlalu murah sekali. Jadi janganlah uji coba, janganlah buat bargaining. Saya terus terang merinding ini ya, ini jadi apa, what happened. Apa mau dibawa main-main semua ini?," kata Junimart.
Junimart mengatakan, seharusnya seorang pemimpin itu melihat track record seseorang dari segi etika, moral, dan mentalitas. Sehingga menteri tidak hanya dilihat dari kepintarannya saja.
"Apakah si X ini pantas jadi menteri? Silakan saja lihat. Saya membacanya bingung dari tadi. Siapapun itu teman-teman sudah tahu. Saya cuma melihat kok serapuh ini. Kok segampang itu presiden," kata Junimart.
Saat ditanya apakah ada komentar khusus dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri terkait nama-nama menteri hasil reshuffle ini, menurutnya, Mega tak pernah berkomentar selama ini. Sebab semua diserahkan pada presiden.
"Tapi tolong lihatlah, banyaklah minta pendapat. Saya terus terang pesimis. Aneh-aneh. Tadi saya dari peristiwa 27 Kuda Tuli. Di sana kita baca komposisi. Ada seorang menteri yang katanya selama ini bagian dari pelanggaran HAM duduk di sana," kata Junimart.
Junimart enggan menyebutkan secara gamblang nama yang dimaksud. Tapi ia menyebutkan nama orang yang diduga pernah terlibat kasus pelanggaran HAM tersebut menjabat sebagai Menteri Koordinator.
"Saya tidak bilang nama, kita semua tahu. Saya tidak bicara partai, saya bicara anggota DPR. Partai hanya mendukung keputusan Jokowi karena dia bagian partai. Yang saya kritisi apakah harus begini komposisinya? Serapuh ini? Antisipasi bagaimana dunia luar mempercakapkan komposisi ini. Kita selalu bicara HAM. Saya terus terang kecewa," kata Junimart.
Ia mengatakan pernah dua kali mengikuti kampanye Jokowi. Saat itu Jokowi selalu mengagung-agungkan penegakan HAM dan sempat meneriakkan Trisakti dan soal kuda tuli. Ia justru tak mempermasalahkan masuknya nama-nama menteri dari PAN dan Golkar yang belakangan mendukung pemerintah.
"Semua itu hak presiden. Tapi kan kita lihat dari komposisi, orang-orang ini, aduh terus terang saya kecewa," kata Junimart. (ase)