Cerita Menteri Dipaksa Pulang dari Luar Negeri untuk Rapat
- Moh Nadlir
VIVA.co.id – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengungkapkan bukan kali ini saja mendengar imbauan agar semua para pembantu presiden tidak keluar dari Ibu Kota selama beberapa hari. Presiden, katanya, mengeluarkan imbauan itu karena agendanya yang padat sehingga tidak bisa menentukan hari dan memperingatkan para menteri bahwa suatu hari akan ada rapat.
"Untuk melaksanakan sidang kabinet paripurna (SKP) biasanya Presiden suruh satu minggu ngeblok (agenda). Pada bulan awal tahun 2016 juga pernah dilakukan, 2015 juga pernah," kata Nasir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 26 Juli 2016.
Termasuk, lanjut dia, agenda ke luar negeri. Nasir pun punya pengalaman disuruh pulang oleh Presiden ke tanah air ketika sedang ada tugas di luar negeri.
"Saya pada saat itu ada tugas bersama di Iran terpaksa harus pulang. Hanya mengikuti rapat SKP jam 3 sore. Itu pengalaman saya," tutur Nasir.
Menurutnya, jika dipanggil oleh Presiden, maka itu biasanya mengenai urusan pekerjaan dan tidak pernah membicarakan reshuffle.
"Kami kaitannya masalah tugas-tugas yang dilakukan Kementrian Ristekdikti bagaimana terobosan yang dilakukan, bagaimana ke depan, pendidikan, inovasi," kata dia.
Mengenai agenda SKP pada Rabu besok, Nasir membenarkannya. Namun ia mengaku tidak tahu topik apa yang dibicarakan bersama para menteri lainnya itu, termasuk apakah rapat itu akan membahas masalah reshuffle.
"Saya urusannya dengan pekerjaan. Urusan reshuffle urusan pak Presiden. Kami melaksanakan tugas. Saya ditugaskan sebagai Menristekdikti. Saya jalankan semua yang diamanatkan pada saya," kata Nasir.
(ren)