Bung Karno Tak Mau Makamnya Ditulis 'Yang Teragung'
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id - Presiden Indonesia pertama, Soekarno, wafat pada 21 Juni 1970. Putra Sang Fajar itu kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Sebagai tokoh yang dikenal sangat visioner, Bung Karno juga tak lupa dengan kematiannya sendiri. Tercatat ia pernah membicarakan tema itu kepada seorang wartawan asal Amerika Serikat, Cindy Adams.
Dalam sebuah video di Youtube, Bung Karno tampak santai menjawab pertanyaan-pertanyaan Cindy Adams dengan didampingi oleh salah satu istrinya, Ratna Sari Dewi atau juga dikenal dengan Dewi Soekarno.
"Pernahkah terpikir bila Anda sudah tidak ada, bagaimana Anda ingin dikuburkan?," tanya Cindy Adams.
"Di bawah pohon besar, di bawah batu besar," jawab Bung Karno.
Bung Karno lalu melanjutkan jawabannya. Ia melarang rakyat atau setidaknya pihak yang memakamkannya menulis sesuatu yang berlebihan di batu nisan.
"Mereka tidak boleh menulis, di sini terbaring yang terhormat, yang teragung Presiden Soekarno, bukan itu. Cukup ditulis, di sini terbaring Bung Karno, bagian dari rakyat Indonesia," kata pemimpin yang lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901.
Sementara, dalam otobiografi yang juga ditulis Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, proklamator Indonesia itu menyatakan bahwa ia ingin dimakamkan di Batu Tulis, Bogor, di daerah Priangan yang sejuk.
"Saya berharap rumah terakhir saya dingin, terletak di pegunungan, di daerah Priangan yang subur, di mana saya bertemu pertama kali dengan petani Marhaen," kata Bung Karno. (ase)