Khofifah Ungkap Detik-detik Ditunjuk Jadi Menteri
VIVA.co.id – Nama Khofifah Indar Parawansa mulai populer sejak ditunjuk Presiden keempat, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 1999-2001. Tapi, sedikit yang tahu jika ia ternyata pengganti karena orang yang ditunjuk Gus Dur menolak.
Hal itu diceritakan sendiri oleh Khofifah di hadapan sekira 30 anak yatim dan tak mampu di Panti Sosial Muslimat NU Cabang Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, pada Sabtu, 30 April 2016. "Waktu itu saya termasuk salah seorang yang mengurusi Gus Dur ketika awal jadi presiden," katanya.
Waktu itu, sebagai kader Gus Dur di PKB, Khofifah mengaku menemani cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu di Wisma Negara. Segala keperluan administrasi kepresidenan, seperti menyiapkan kertas dan tinta, Khofifah yang siapkan. Termasuk ketika Gus Dur menggodok nama-nama yang akan membantunya sebagai menteri di kabinet.
Sehari sebelum pengumuman menteri, Gus Dur meminta Khofifah agar menelepon Profesor Saparinah Sadli, tokoh perjuangan perempuan dan ilmuwan Universitas Indonesia (UI). Saparinah diminta datang menemui Gus Dur besok pagi untuk ditunjuk jadi Menteri Peranan Wanita.
"Saya telepon Bu Saparinah jam sembilan malam. Besoknya jam sebelas, waktu itu saya seminar, Profesor Saparinah telepon saya, 'Khof, tolong Khof, kamu saja yang jadi menteri. Saya bilang Gus Dur'," kata Khofifah.
Pengumuman susunan kabinet Presiden Gus Dur tersiar dua jam setelah komunikasi telepon antara Khofifah dan Saparinah itu. Khofifah disebut sebagai Menteri Peranan Wanita di Kabinet Gus Dur. "Tiba-tiba MC seminar menyela. Ia menyampaikan pengumuman saya diberitakan jadi Menteri Peranan Wanita," kata Khofifah.
"Artinya apa, jabatan itu tidak usah dikejar-kejar. Saya dua kali mencalonkan diri sebagai gubernur Jatim, tapi tidak jadi-jadi, karena dikejar-kejar. Tapi yang tidak dikejar-kejar, saya bisa jadi menteri dua kali," kata Khofifah kepada anak yatim, memberi semangat.
Dia lantas memberi tips untuk meraih sukses. Di antaranya semangat dan doa secara rutin dan istiqamah. "Juga tidak pacaran. Dulu saya tidak punya malam mingguan. Saya semangatkan diri dengan kuliah di dua kampus, jadi ketua IPPNU dan PMII, ditambah kursus bahasa, semua dalam waktu bersamaan. Kok bisa? Karena tidak pacaran," kata Khofifah.