PDIP: Risma, Gambaran Pemimpin yang Merakyat
- VIVA.co.id/Januar Adi Sagita (Surabaya)
VIVA.co.id – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dinilai memiliki sentuhan politik dalam wajah kerakyatan. Wajah penuh nilai-nilai kemanusiaan yang mengintegrasikan harapan rakyat dengan keputusan politik yang diambilnya.
Menurut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Surabaya menjadi contoh kepemimpinan yang menjadikan wong cilik sebagai sumber inspirasi, melalui sentuhan manajemen modern berbasiskan teknologi informasi.
"Risma memiliki disiplin tinggi untuk bergerak ke bawah bersama rakyat. Itulah napas kepemimpinan Risma, sehingga Surabaya hadir sebagai kota yang indah, penuh dengan ruang publik hijau," ujar Hasto saat membedah buktu berjudul "Merajut Kemelut: Risma, PDI Perjuangan dan Pilkada Surabaya", di Universitas Airlangga, Surabaya, Senin, 11 April 2016.
Hasto mengatakan, PDIP sebagai partai yang terus-menerus memperbaiki diri, selalu membuka ruang bagi terbitnya buku-buku politik, sebagai karya ilmiah populer untuk menjabarkan tradisi politik yang membangun peradaban.
Dengan menggunakan model kepemimpinan sebagaimana dikaji oleh Jim Collins dalam “Buku Good to Great” yang kemudian dilengkapi dengan “Great by Choice”, Hasto menegaskan watak kepemimpinan Risma yang merumuskan visi atas dasar kolektivitas "pemerintahan" yang dipimpinnya.
"Risma merombak tatanan kerja birokratis menjadi sederhana yang melayani publik dan kepemimpinan yang membangun peradaban, karena fokus perhatian Risma pada wong cilik. Demikian halnya Risma mampu menghadapi fakta-fakta yang brutal sekalipun, dan tetap memilih langkah membangun organisasi," papar Hasto.
Manurut Hasto, Risma mengajarkan tiga hal, yakni ahli dalam menata kota dengan ruang terbuka dan kemanusiaan, terbuka dalam manajemen proyek dan pengadaan daerah, karena sistem e-lelang dan menyatukan ruang batin rakyat dengan pemerintahan daerah.
Ditambahkannya, Risma memberikan gagasan besar bahwa sebuah daerah akan maju bila kegembiraan rakyat hadir dalam kerja kota, dalam kerja kerja negara, sehingga terbentuklah apa yang disebut integralisme batin rakyat dan pemerintah.
Risma mengajarkan bahwa ekonomi Indonesia tidak boleh semata-mata diberikan pada korporasi, tapi diberikan kepada kaum marhaen, ekonomi marhaen adalah ekonomi UMKM. Risma peduli untuk membangun ekonomi rakyat berbasis UMKM di kota Surabaya.
"Bu Risma akan selalu hadir di hati rakyat karena bekerja dengan rasa cinta, bekerja dengan ketulusan. Bu Risma bisa dikatakan hadiah berarti untuk Indonesia Raya," kata Hasto.
Pakar politik FISIP Unair Priyatmoko hadir sebagai pembedah dalam acara yang digelar Departemen Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu. Buku ditulis wartawan LKBN Antara Abdul Hakim bersama politisi PDIP Surabaya Didik Prasetiyono. Wali Kota Tri Rismaharini berhalangan hadir dalam acara ini.
Priyatmoko dalam membahas buku tersebut menggambarkan bagaimana kehadiran Risma sebagai anomali dalam demokrasi. "Kami sering mengkritisi model demokrasi partai yang sentralistik, namun Risma lahir dalam model kepartaian seperti itu. Tanpa adanya Megawati yang menjadi pemimpin sentral PDIP, niscaya Risma tidak lahir. Sebab keputusan Risma saat itu adalah keputusan dari atas," ucapnya.