Ridwan Kamil: Jakarta adalah Mitos

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA.co.id – Warga Bandung menjadi alasan utama Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menolak mengikuti Pilgub DKI Jakarta. Banyak warga memintanya agar menyelesaikan masa jabatan dan menunaikan janji politiknya saat kampanye dulu.

Ridwan Kamil: Covid-19 Penyakit Orang Kota

Untuk itu, Kang Emil, sapaan akrab Ridwan, meminta warga tak hanya memberikan masukan agar dia tetap berada di Bandung, tapi ikut aktif mendukung program pemerintahannya.

"Semoga warga Bandung juga memahami, bantu saya dengan aktif menaati aturan dan berpatisipasi aktif dalam program-program pemkot, agar Bandung Juara berkat usaha bersama," tulis Kang Emil, dalam akun Facebook miliknya, Senin, 29 Februari 2016.

Ridwan Kamil Setop PSBB di Jawa Barat, Kecuali Bodebek

Hal ini karena Bandung di matanya belum sesuai keadaan ideal yang dia harapkan. 

"Bandung hari ini sudah membaik, namun belum sehat betul. Lebay jika dibilang Bandung sudah berhasil. Bohong pula jika ada yang mengatakan Bandung tidak ada kemajuan," ungkap Emil.

Ridwan Kamil Tawarkan Proyek Investasi di Jabar Rp700 Triliun

Dalam akun facebook miliknya, Emil juga mengungkapkan beragam keberhasilannya sebagai pemimpin kota Bandung, di antaranya membenahi birokrasi sehingga menjadi yang terbaik secara nasional, perbaikan layanan publik dan transparansi pemerintahan.

Selain itu, menghilangkan izin UKM, pemberian kredit tanpa bunga pada warga miskin, dan Rp100 juta ke setiap RW sebagai bagian dari pemerataan pembangunan. Hal ini membuat pengangguran terbuka menurun dari 10.9 persen menjadi 8 persen. Termasuk memenangkan piala Adipura setelah 17 tahun absen dari Bandung.

Untuk itu, Emil berharap, calon pemimpin tidak hanya menjadikan Jakarta sebagai tujuan dan patokan kesuksesan dalam memimpin, karena Ibu Kota juga tidak mesti menjadi barometer keberhasilan nasional. Walaupun dia mengakui, Jakarta adalah magnet bagi banyak pihak sebagai panggung utama politik dan ekonomi.

"Bercampurnya segala pusat ini itu di Jakarta membuat manusia-manusia Indonesia berlomba mengadu nasib ekonomi atau nasib politiknya ke Jakarta. Jakarta adalah mitos. Jakarta sekaligus juga adalah bom waktu," ujar Emil.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya