Syahrul Yasin Limpo Ramaikan Bursa Calon Ketua Umum Golkar
- ANTARA/Dewi Fajriani
VIVA.co.id – Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan kesiapannya bertarung pada Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar 2016.
Dia juga sudah bertemu dengan Ketua Umum Aburizal Bakrie (ARB). Gubernur dua periode ini mengatakan, semua kader Golkar patut diberi kesempatan untuk menjadi ketua umum. Apalagi dirinya adalah salah satu kader senior di partai tersebut.
"Tentu saja, ya semuannya memiliki keyakinan, Insya Allah. Tapi bukan itu yang penting, kalau memang seluruh kader menginginkan, ya siap maju," kata Syahrul, di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 12 Februari 2016.
Syahrul yang hadir pada pelantikan tujuh gubernur oleh Presiden Joko Widodo, juga sempat bertemu dengan Aburizal Bakrie. Dia mengakui melakukan pembicaraan dengan ARB.
Namun, apakah pembicaraan itu menyangkut keinginan dirinya maju pada Munaslub nanti? "Kita sama-sama politisi yang sudah senior, tidak perlu ada bahasa bahasa yang verbal," katanya diplomatis.
Dia mengaku terus melakukan komunikasi dengan para sesepuh Golkar. Sebagai tokoh senior, Syahrul tidak ada hambatan berkomunikasi, baik itu dengan B.J Habibie, Akbar Tandjung, Luhut Binsar Pandjaitan, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, hingga Jusuf Kalla. Termasuk Presiden Joko Widodo.
"Saya ini gubernur beliau (Jusuf Kalla) wapres, Presiden juga pasti ada komunikasinya dong," katanya.
Hanya saja, Syahrul mengaku maju atau tidak tentu harus melalui proses. Pria yang juga Ketua DPD I Golkar Sulawesi Selatan ini mengatakan, momentum Munaslub tidak hanya mencari siapa ketua umum. Tapi yang paling penting, adalah forum rekonsiliasi dari perpecahan partai yang terjadi setahun belakangan ini.
"Wajar saja kalau aku harus dihitung sebagai salah satu yang diperhitungkan. Tapi kepentingannya adalah konsolidasi dan rekonsiliasi Golkar, di situ kan ujungnya," kata Syahrul.
Sejauh ini, sejumlah kader Golkar yang siap maju seperti Ade Komaruddin, Azis Syamsuddin, Priyo Budi Santoso, Agun Gunanjar, Mahyudin, Setya Novanto, Nurdin Halid, dan Airlangga Hartanto. (ase)