Heboh SK Intelijen Banyu Biru

Ulah Banyu Biru Dikritik Contoh Memalukan Intelijen RI

Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Tindakan Banyu Biru, yang mengunggah Surat Keputusan (SK) pengangkatannya sebagai anggota BIN ke media sosial Path, menuai kontroversi. Sebab, kerja intelijen dinilai selalu identik dengan rahasia.

Kepala BIN: Saatnya Indonesia Punya Medical Intelligence Andal

Ulah Banyu itu dipertanyakan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah.

"Inilah kultur intelijen yang lucu. Pak Sutiyoso bekas orang intel. Beliau tahulah cara kerja intel. Jangan banyak omong. Jangan show off," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 2 Februari 2016.

Wilayah 4T di Sulawesi Utara Digempur Vaksinasi

Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, kultur intelijen yang baik harus dihidupkan lagi di Indonesia. Menurutnya tindakan Banyu Biru mencontohkan kultur intelijen yang memalukan.

"Jangan bikin malu. Yang gini-gini nggak boleh lagi. Intel kita itu intel negara demokrasi, bukan intel negara otoriter. Intel negara otoriter itu ingin menunjukkan, saya ini intel lho, untuk nakut-nakutin. Nggak boleh. Intel bukan untuk nakut-nakutin," ujarnya.

11 Ribu Dosis Vaksin Disebar ke 5 Kabupaten di Jawa Tengah

Karena itulah, Fahri meminta adanya evaluasi pengangkatan Banyu Biru. Bahkan menurut Fahri, BIN sebaiknya segera memecat saja Banyu Biru.

"Kalau sudah ketahuan gitu, pecat aja. Yang boleh ketahuan itu top-topnya saja. Ini ngumum-ngumumkan diri, pakai kartu nama lagi," kata Fahri.

Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen (Purn) Sutiyoso, mengaku mengeluarkan Surat Keputusan pengangkatan anggota Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan (DISK) BIN. Salah satu anggota lembaga itu adalah Banyu Biru Djarot.

Belakangan, Banyu Biru yang juga anak politisi Erros Djarot itu, justru memposting SK itu ke media sosial Path. Padahal, kerja intelijen selalu identik dengan rahasia.

Tindakan tersebut kemudian menimbulkan kecaman publik terhadapnya. Untuk itu, Sutiyoso mengaku akan mengevaluasi keputusannya mengangkat Banyu tersebut.

"Yang menunjuk ya saya kan, tapi bisa saja keliru kan. Karena itu semua dievaluasi," kata Sutiyoso, di Istana Negara, Jakarta, Senin, 1 Februari 2016. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya