Risma Tolak Dicalonkan di Pilgub DKI, Meski Diperintah Mega
Selasa, 12 Januari 2016 - 12:14 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Suryanto
VIVA.co.id
- Nama-nama unggulan siap masuk ke tahap penjaringan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di DKI Jakarta, tahun 2017 mendatang. Salah satu nama yang kerap disebut-sebut adalah Wali Kota Surabaya terpilih, Tri Rismaharini.
Menjawab isu itu, Risma mengaku saat ini tak pernah terpikir untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Apalagi, dia baru terpilih sebagai Wali Kota Surabaya pada pilkada serentak Desember 2015 lalu.
"Wong ini Surabaya aja belum dilantik. Kok mikir itu. Saya konsentrasi ke Surabaya. Kasihan warga Surabaya," kata Risma di lokasi Rakernas PDIP, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Januari 2016.
Menurut Risma, pilihan untuk mengurus Surabaya ketimbang Jakarta bukan perkara suka atau tidak suka. Risma saat ini merasa lebih terpanggil untuk membantu warga Surabaya.
"Di Surabaya pun berat. Justru kemarin saya turun karena saya enggak punya uang. Itu yang turun warga Surabaya. Mereka kampanye untuk saya," ujar Risma.
Risma menegaskan akan tetap menolak apabila dicalonkan partai untuk Pilgub DKI Jakarta 2017, sekalipun itu perintah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Nanti setelah inilah saya ngadep beliau (Megawati). Karena kemarin saya diminta banyak jadi pembicara, jadi belum sempat," terang dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tak menampik jika Risma memiliki kemampuan untuk memimpin DKI. Menurutnya perlu sentuhan kerakyatan agar DKI menjadi kota yang lebih manusiawi lagi.
"Ibu Risma punya pengalaman dalam hal tersebut. Beliau punya pengalaman bagaimana membuat kota Surabaya menjadi manusiawi," kata Hasto.
Namun demikian, semua calon Gubernur DKI Jakarta di Pilkada 2017 yang diusung PDIP akan melalui proses penjaringan internal. "Ada penjaringan dari internal, kemudian dari luar kita mendengarkan dari hasil survei, paling tidak proses ini akan berjalan. Pada bulan Juni nanti kita sudah mengambil keputusan hal tersebut," kata Hasto.
Sementara mengenai kemungkinan Risma dipasangkan dengan Gubernur DKI saat ini Basuki Tjahaja Purnama, Hasto mengatakan pembahasan itu memerlukan tahapan lebih lanjut. Ia mengatakan partai punya tradisi berkomunikasi dengan siapa saja, termasuk dengan pria yang akrab disapa Ahok itu.
"Opsi terbaik adalah mereka yang tentu saja mendapat dukungan dari rakyat dan mendapatkan kepemimpinan yang merakyat, serta punya kemampuan dirinya untuk mengubah DKI," ujarnya.
Menurut Risma, pilihan untuk mengurus Surabaya ketimbang Jakarta bukan perkara suka atau tidak suka. Risma saat ini merasa lebih terpanggil untuk membantu warga Surabaya.
"Di Surabaya pun berat. Justru kemarin saya turun karena saya enggak punya uang. Itu yang turun warga Surabaya. Mereka kampanye untuk saya," ujar Risma.
Risma menegaskan akan tetap menolak apabila dicalonkan partai untuk Pilgub DKI Jakarta 2017, sekalipun itu perintah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Nanti setelah inilah saya ngadep beliau (Megawati). Karena kemarin saya diminta banyak jadi pembicara, jadi belum sempat," terang dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tak menampik jika Risma memiliki kemampuan untuk memimpin DKI. Menurutnya perlu sentuhan kerakyatan agar DKI menjadi kota yang lebih manusiawi lagi.
"Ibu Risma punya pengalaman dalam hal tersebut. Beliau punya pengalaman bagaimana membuat kota Surabaya menjadi manusiawi," kata Hasto.
Namun demikian, semua calon Gubernur DKI Jakarta di Pilkada 2017 yang diusung PDIP akan melalui proses penjaringan internal. "Ada penjaringan dari internal, kemudian dari luar kita mendengarkan dari hasil survei, paling tidak proses ini akan berjalan. Pada bulan Juni nanti kita sudah mengambil keputusan hal tersebut," kata Hasto.
Sementara mengenai kemungkinan Risma dipasangkan dengan Gubernur DKI saat ini Basuki Tjahaja Purnama, Hasto mengatakan pembahasan itu memerlukan tahapan lebih lanjut. Ia mengatakan partai punya tradisi berkomunikasi dengan siapa saja, termasuk dengan pria yang akrab disapa Ahok itu.
"Opsi terbaik adalah mereka yang tentu saja mendapat dukungan dari rakyat dan mendapatkan kepemimpinan yang merakyat, serta punya kemampuan dirinya untuk mengubah DKI," ujarnya.
Baca Juga :
Risma: Jerman Sumbang Rp1,5 Triliun untuk Bangun Trem
Sisanya, akan minta anggaran dari APBN.
VIVA.co.id
4 November 2016
Baca Juga :