HNW: Ada Tiga Masalah Bangsa yang Besar
VIVA.co.id – Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentuk dari keberagaman yang sangat kaya, baik itu keberagaman suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Sejak bangsa ini didirikan, para Bapak bangsa mampu mempersatukan keberagaman dalam wadah NKRI tanpa mempermasalahkan lagi perbedaan yang ada.
Namun, saat ini banyak sekali peselisihan dan konflik yang terjadi karena perbedaan baik itu perbedaan agama ataupun perbedaan dalam satu agama. Bahkan perselisihan sudah dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan. Contoh dalam satu agama perselisihan yang paling besar adalah saling menyalahkan, saling mengkafirkan satu sama lain.
Hal tersebut diungkapkan Pimpinan Ponpes Al Ikhlas KH. DR. Zulkifli Muhadli, KH. Dr. Sofwan Manaf dari Ponpes Darunnajah Group dan Ust. Ahmad Parlaungan Tanjung yang tergabung dalam Forum Alumni Gontor Seluruh Indonesia, dalam agenda audinsi dengan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR RI, Gedung Nusantara III, Kompleks MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Jumat 8 Januari 2016.
Menurut Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, masalah tersebut termasuk rumit dan membutuhkan kebijakan negara dalam menyikapinya, sebab negara berpegang kepada NKRI dan berpegang kepada kesatuan bangsa. Skala masalahnya sangat bertumpuk-tumpuk sehingga diperlukan juga kedewasaan masing-masing pihak dalam upaya penyelesaian.
Dalam kesempatan tersebut Hidayat juga mengungkapkan berbagai permasalahan bangsa yang seharusnya tidak luput dari sorotan dan upaya penyelesaiannya yakni permasalahan terorisme, separatisme dan komunisme. Tiga hal tersebut menurut Hidayat adalah masalah bangsa yang sangat besar.
“Tapi yang saya lihat kasus terorisme selalu yang mendapat sorotan paling besar dan selalu cepat dalam penanganannya. Dan yang paling membuat miris adalah imej terorisme selalu diarahkan kepada salah satu agama. Terorisme sepertinya dipersempit padahal sangat luas sekali, seperti aksi separatis oleh pasukan separatis Papua yang menyerang serta membunuh aparat keamanan RI, itu adalah aksi terorisme,” ujarnya.
Organisasi separatis Papua sering melakukan demo-demo di Jakarta menyuarakan pemisahan dengan NKRI, itu adalah masalah bangsa yang mengancam kesatuan bangsa. Selain itu, komunisme juga adalah masalah bangsa yang harus juga diperhatikan dan dicari upaya penyelesaiannya.
“Saya ingin agar masalah-masalah ini dibahas dan didiskusikan dalam berbagai forum oleh berbagai elemen masyarakat termasuk dalam acara yang akan di laksanakan para alumni Gntor yakni Forum Persatuan Alumni Gontor yang akan dilaksanakan 22-24 Januari 2016 nanti,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu, Hidayat Nur Wahid dan delegasi Forum Alumni Gontor juga membahas soal konflik agama dan politik antar negara-negara Islam seperti Saudi Arabia dan Iran. Perselisihan dan konflik antara dua negara Saudi Arabia dan Iran, puncaknya ditariknya kedutaan besar Saudi Arabia di Iran.
Delegasi Forum Alumni Gontor khawatir konflik antara Saudi Arabia dan Iran masuk ke wilayah Indonesia, sebab ada kabar bahwa ada sekelompok elemen masyarakat yang menginginkan Indonesia memutuskan hubungan diiplomatik dengan Saudi Arabia.
Merespon hal tersebut, Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa Indonesia tidak berada dalam posisi itu. Indonesia ingin menjadi mediator dan penengah permasalahan antar dua negara Islam tersebut.
“Indonesia berupaya tidak larut dan masuk memihak dalam konflik dan perselisihan, Indonesia sebisa mungkin akan menjadi mediator mudah-mudahan bisa menyelesaikan konflik,” ujarnya.