Ketemu Jokowi, PKS Dinilai Pencitraan
Selasa, 29 Desember 2015 - 19:50 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan.
VIVA.co.id
- Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti, menilai langkah Presiden PKS, Sohibul Iman, bertemu dengan Presiden Jokowi bukan untuk bergabung dalam pemerintahan. Tapi PKS hanya ingin menaikkan pamornya.
Baca Juga :
Presiden Jokowi Santai UU Amnesty Digugat
"Cuma PKS mau mengubah gayanya. Kalau sebelumnya PKS terlihat konfrontatif pada hal-hal yang secara substantif tidak penting bagi publik. Jadi seolah-olah apapun yang dilakukan Jokowi salah di mata mereka. Itu kontraproduktif pada citra partai," kata Ray seusai diskusi di Hotel Max One, Jakarta, Selasa 29 Desember 2015.
Ia menambahkan, citra PKS dengan sikap konfrontatifnya pada pemerintahan Jokowi bukannya semakin naik, tapi malah turun terus. Sehingga PKS ingin mengubah gaya berpolitiknya.
"Kalau memang baik ya dikatakan baik. Kalau melenceng katakan melenceng. Itu yang mereka katakan sebagai oposisi loyal. Tapi, tidak katakan mau masuk ke dalam (kabinet)," kata Ray.
Menurut dia, dengan cara seperti itu, PKS akan mampu mengubah citra. Ia menyatakan dukungan pada sikap PKS yang menyatakan tetap berada di luar pemerintahan pasca bertemu dengan Presiden Jokowi.
"Mungkin PKS telah mengevaluasi, dengan sikap yang selalu head to head dengan Jokowi, ini hitam, ini putih, tidak membuat citra partai mereka naik. Justru turun. Sekarang mau dilihat di dalam hitam ada putih dan sebaliknya. Mungkin dengan cara itu, citra PKS akan naik. Saya pikir itu yang mereka targetkan," ujar Ray.
Sebelumnya, terdapat pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden PKS di istana kepresidenan. Banyak yang berasumsi langkah PKS ini sebagai sinyal mengikuti PAN yang mendukung pemerintahan Jokowi. (one)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kalau memang baik ya dikatakan baik. Kalau melenceng katakan melenceng. Itu yang mereka katakan sebagai oposisi loyal. Tapi, tidak katakan mau masuk ke dalam (kabinet)," kata Ray.