Ben Anderson Dinilai Bisa Membaca Indonesia dari Dalam
Minggu, 13 Desember 2015 - 17:24 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/www.uio.no
VIVA.co.id
- Nahdlatul Ulama (NU) juga merasa kehilangan atas meninggalnya Indonesianist
Benedict Anderson. Bagi kaum intelektual NU, Benedict merupakan ilmuwan jempolan yang totalitas dan integritasnya dalam membaca Indonesia tidak diragukan.
Intelektual muda NU yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Akhmad Muzakki, menilai Ben Anderson merupakan sosok intelektual yang melihat Indonesia secara total dan berintegritas tinggi.
"Karena totalitasnya yang tinggi sehingga Pak Ben Anderson ini membaca Indonesia dari sisi insider. Tidak seperti umumnya ilmuwan barat lain yang melihat Indonesia dari perspektif elite," kata Zakki kepada VIVA.co.id, Minggu, 13 Desember 2015.
Karena itu, lanjut Sekretaris PWNU Jatim itu, tidak heran jika Benedict pernah berpandangan bahwa NU adalah Gus Dur dan Gus Dur adalah NU, ketika Presiden ke-4 RI itu menjadi titik pusat gerakan kaum nahdliyin di masa orde baru. "Karena waktu itu Gus Dur memang menjadi titik sentralnya," papar Zakki.
Bagi Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi) UINSA itu, Benedict satu di antara sedikit Indonesianist jempolan dan jadi rujukan akademisi. "Beliau jadi role model bagi siapa pun yang ingin menjadi akademisi jempolan," kata alumnus Australian National University (ANU) Canberra Australia itu.
Benedict meninggal di Batu, Malang, Jawa Timur, Sabtu, 12 Desember 2015. Benedict tutup usia saat menginap di Hotel Jolotundo, Malang.
Benedict merupakan salah seorang Indonesianist, dan banyak menulis buku yang cukup terkenal. Di antaranya Imagined Communities, serta Revolusi Tiga Bendera.
"Karena totalitasnya yang tinggi sehingga Pak Ben Anderson ini membaca Indonesia dari sisi insider. Tidak seperti umumnya ilmuwan barat lain yang melihat Indonesia dari perspektif elite," kata Zakki kepada VIVA.co.id, Minggu, 13 Desember 2015.
Karena itu, lanjut Sekretaris PWNU Jatim itu, tidak heran jika Benedict pernah berpandangan bahwa NU adalah Gus Dur dan Gus Dur adalah NU, ketika Presiden ke-4 RI itu menjadi titik pusat gerakan kaum nahdliyin di masa orde baru. "Karena waktu itu Gus Dur memang menjadi titik sentralnya," papar Zakki.
Bagi Dekan Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi) UINSA itu, Benedict satu di antara sedikit Indonesianist jempolan dan jadi rujukan akademisi. "Beliau jadi role model bagi siapa pun yang ingin menjadi akademisi jempolan," kata alumnus Australian National University (ANU) Canberra Australia itu.
Benedict meninggal di Batu, Malang, Jawa Timur, Sabtu, 12 Desember 2015. Benedict tutup usia saat menginap di Hotel Jolotundo, Malang.
Benedict merupakan salah seorang Indonesianist, dan banyak menulis buku yang cukup terkenal. Di antaranya Imagined Communities, serta Revolusi Tiga Bendera.
Baca Juga :
NU: Potensi Konflik Tanjungbalai Sudah Lama, Telat Dicegah
Kerusuhan itu sebagai akibat akumulasi kekecewaan.
VIVA.co.id
1 Agustus 2016
Baca Juga :