Masyarakat Tagih Kinerja Jokowi pada Tahun ke-2
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Hasil survei satu tahun kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, hanya 51,7 persen masyarakat yang menyatakan puas. Sementara itu, 45,4 persen masyarakat lainnya menyatakan tidak puas.
Akan tetapi, keyakinan masyarakat akan kemampuan Jokowi memimpin selama setahun ini masih cukup baik dan menyentuh angka 62 persen, dibanding yang meragukan kapasitasnya sebesar 29 persen.
Terkait itu, Direktur Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, menilai bahwa ada dua alasan yang membuat masyarakat masih menaruh harapan besar pada kepemimpinan mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. Pertama, menurut Djayadi, publik masih memaklumi kinerja Jokowi, karena pemerintahan baru berjalan satu tahun.
"Pada Juli lalu, kami tanya masyarakat apakah karena kinerja Presiden buruk, lalu harus dicopot. Masyarakat bilang jangan, itu tidak baik," ujar Djayadi di kantor Saiful Mujani Research dan Consulting, Jalan Cisadane 8, Jakarta Pusat, Selasa 20 Oktober 2015.
Djayadi menerangkan, sikap kritis msyarakat belum sampai pada kategori kritis anarki. Artinya, masyarakat masih mau memberi kesempatan dalam melakukan konsolidasi kekuatan politik, guna menyentuh isu yang langsung berkaitan dengan masyarakat.
"Setahun Jokowi, politik makin stabil, tapi ekonomi buruk, sama dengan tahun pertama era SBY. Nah, ini justru sangat menantang di tahun kedua. Ini akibat dinamika ekonomi global juga," ujarnya.
Kedua, belum adanya tokoh lain yang muncul menyebabkan dukungan masyarakat tetap bisa dikantongi Jokowi. Menurut dia, masyarakat tetap memberikan kepercayaan pada Presiden dan memberi ruang untuk bergerak lebih baik lagi.
Akan tetapi, dia juga menilai bahwa pada tahun kedua nanti, hal yang sama mungkin tak akan didapat Jokowi.
"Tahun kedua, masyarakat akan menuntut pesan-pesan yang baik. Are you delivery or not? Kalau Presiden tidak mampu bangun infrastruktur, maka akan 'dihukum' oleh rakyat," ujar Djayadi.
Selain itu, anggota DPR dari Komisi I Al Muzzammil Yusuf juga menuturkan bahwa masyarakat masih memberi waktu, karena masyarakat Indonesia dikenal memiliki sifat penyabar.
"Tapi, kalau sudah 2-3 tahun produknya harus riil. JK akan sangat menentukan. JK akan lebih unggul dari Hatta (Hatta Rajasa). Ini pertarungan 2-3 tahun ke depan akan lebih jelas," ungkap kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Sementara itu, J Kristiadi, peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) justru khawatir pada tahun kedua dan ketiga Jokowi akan banyak konflik internal yang tak mudah ditangani.
"Belum lagi ekonomi, bukan rupiah melemah, tapi dolar yang menguat. Ke depan, kalau kita tidak melakukan konsolidasi akan sangat sulit," tuturnya.