Pembelian SU-35 untuk Imbangi Kekuatan Udara Tetangga
- REUTERS/Pascal Rossignol
VIVA.co.id - Anggota Komisi I DPR RI, Salim Mengga, mengatakan pembelian pesawat Sukhoi SU-35 sebagai pengganti F-5 Tiget yang diajukan Panglima TNI, sudah tepat. Pembelian pesawat produksi Rusia itu akan memperkuat kedaulatan udara Indonesia.
“Pembelian Sukhoi SU-35 untuk mengimbangi kekuatan angkatan udara negara-negara tetangga,” kata Salim di gedung DPR RI, Jakarta, Jumat, 11 September 2015.
Kekuatan udara negara tetangga terus berkembang dengan burung besi generasi ke tiga. Malaysia bahkan sudah lebih dulu memesan pesawat tempur F-35 dan Sukhoi SU-35.
Begitu juga dengan Singapura dan Australia yang telah membeli F-35. Apalagi Australia, sudah mendatangkan 58 unit F-35 untuk menjaga wilayah udara mereka.
Politikus Partai Demokrat itu mengatakan, pembelian SU-35 dari negeri beruang merah itu tidak sesulit saat Indonesia membeli F-16. Kala itu Indonesia sempat kesulitan mencari sparepart pesawat saat diembargo.
“Kita cari alutsista yang risikonya rendah. Misalnya kita beli F-16, tapi dalam perjanjiannya kita tidak boleh digunakan untuk keamanan dalam negeri, terus untuk apa. Jadi kita cari syaratnya yang ringan. Dengan Rusia tidak banyak risikonya," kata Salim.
Terlebih saat ini tantangan untuk mempertahankan kedaulatan, khususnya udara, akan semakin berat.
"Kita harus tingkatkan pertahanan kita untuk mengantisipasi konflik di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Laut China Selatan,” ujar Salim.
Baca juga:
Rencana pembelian pesawat Sukhoi muncul setelah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menginspeksi alat utama sistem persenjataan di sejumlah markas TNI pada awal September lalu. Rencana tersebut diklaim merujuk pada hasil kajian, evaluasi dan analisis Panglima TNI bersama KSAU.
Hal itu pula yang lantas menjadi alasan Salim Mengga untuk mendukung pengajuan anggaran pembelian SU-35 sebesar Rp35 triliun.
"Saya kira penambahan anggaran harus diperjuangan untuk mencapai standar minimum. Agar alusista kita bisa imbangi negara-negara tetangga. Kita harus waspada, kalau kita lemah, bahaya bagi NKRI," kata Salim. (ase)