Megawati Singgung Putusan MK terkait Syarat Usia: Saya Kayak Ditampar Tahu Gak, Gile!
- YouTube PDIP
Jakarta, VIVA - Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri mengatakan bahwa sumpah seorang hakim harus jadi penanda untuk mencitrakan keadilan dalam setiap perkara yang ditangani.
Namun, Megawati justu melihat fenomena munculnya para hakim yang mengetuk perkara tanpa mempertimbangkan keadilan. Bahkan, ia menyebut sebagai 'Palu Godam' para hakim.
Megawati menyampaikan itu dalam peluncuran buku 'Pilpres 2024 Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis karya Todung Mulya Lubis di Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.
"Jadi, tolong diingatkan hakim-hakim, karena disumpah, disumpah pakai Alquran, kalau Islam. Artinya dia bertanggung jawab ke sana. Itulah keadilan, yang harus menjadikan mantra suci yang bersemayam dalam sanubarinya para hakim hingga lahirnya Palu Emas," ujar Megawati.
Megawati menyinggung ajaran agama soal dua malaikat yang mencatat setiap perbuatan baik mapun buruk. Termasuk mengingatkan bahwa para hakim dan Presiden juga seorang manusia.
"Jangan lupa, bilang tuh sama hakim-hakim. Gile dah, lalu kita minta keadilan tuh kepada siapa, coba Bapak," lanjut Megawati.
Â
"Maaf ya saya nengok ke situ terus supaya itu nggak bungkam. Situ sampaikan kepada teman-teman ini ibu Mega yang bilang," ungkapnya.
Dia menuturkan sebagai Presiden ke-5 RI yang membentuk Mahkamah Konstitusi (MK), Â merasa tertampar ketika muncul putusan para hakim MK soal umur.
Meski tak secara detail disampaikan Megawati, diketahui jika MK pernah memutus putusan soal ambang batas umur calon presiden dan calon wakil presiden jelang Pilpres 2024.
"Saya kayak ditampar tau gak, gile, siapa dia? Ternyata hanya mau supaya urusan umur, ya Allah, mbok ya udah taati saja kalau sebagai warga negara," tutur Megawati.
Pun, dia bilang keadilan Palu Emas tidak boleh ditransaksikan dengan cara apapun. Sebab, ia menuturkan di dalamnya tercermin keadilan Tuhan melalui para hakim.Â
Inilah, kata Megawati, seluruh imajinasi yang dibayangkannya ketika menjadi Presiden Kelima dan mempunyai mandat membuat MK.
"Tadinya saya kepikir, oh enak banget ya jadi hakim ya. Itu ketuknya sepertinya dari dia keadilan itu. Tadinya saya gak mau, tapi amanat sebagai Presiden, tak bikinlah," kata dia.
Megawati meyakini bahwa MK tidak hanya menjadi benteng konstitusi dan demokrasi. Tapi, MK bisa menempatkan para hakim MK sebagai simbol keadilan itu sendiri.
"Dan inilah makna dan sikap yang sudah tidak ada kenegarawan hakim MK dan MK sangat penting untuk menyempurnakan sistem politik Indonesia," tuturnya.Â
"Sebab, sejarah mencatat ketika demokrasi hanya dipimpin oleh kekuasaan pada masa orde baru maka yang terjadi adalah rekayasa selalu Pemilu," jelas Megawati.
Megawati juga mengatakan jika MK harus jadi penjaga terakhir demokrasi melalui kewenangannya dalam menyelesaikan sengketa Pemilu.
"Nah kaya gini aja, aku sudah dag-dig-dug, orang sudah diumumkan, jadi untuk apa ada KPU, sudah diumumkan masih ada yang ngomong enggak sah, enggak sah, haduhh. Heran deh," kata Megawati.