Angka Golput Pilkada Serentak 2024 Meningkat, LSI Denny JA: Demokrasi dalam Ancaman

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Jakarta, VIVA - Direktur KCI-LSI Denny JA, Adjie AlFaraby mengatakan tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih Pilkada Serentak 2024 mengalami penurunan, terutama di 7 provinsi terbesar Indonesia. Bahkan, kata dia, angka masyarakat yang tidak memilih alias golput mengalami peningkatan di 7 provinsi terbesar Indonesia.

Skenario Pilkada Ulang Untuk Daerah yang di Pilkada 2024 Dimenangkan Kotak Kosong

Adapun, angka golput pada Pilkada Serentak 2024 rata-rata di 7 provinsi terbesar Indonesia seperti Sumatera Utara, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

“Dalam hitung cepat, selain bisa melihat perolehan suara masing-masing calon, bisa juga terlihat angka partisipasi pemilih. Kebalikan dari angka partisipasi pemilih adalah golongan putih (golput), yaitu pemilih yang tidak memilih,” kata Adjie di Jakarta Timur pada Rabu, 4 Desember 2024.

KPU: Partisipasi Pemilih di Pilkada Serentak 2024 Hanya 68 Persen

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby (kanan).

Photo :
  • Istimewa

Menurut Adjie, ketika golput mengalami peningkatan tentu demokrasi menghadapi ancaman eksistensial. Esensi demokrasi adalah partisipasi rakyat, namun rendahnya voter turnout merusak pondasi ini. Kata dia, pemimpin terpilih meskipun sah secara prosedural, sering kehilangan legitimasi moral.

Angka Golput Meningkat saat Pilgub Jakarta 2024, LSI Denny JA Beberkan Pemicunya

“Jika hanya sebagian kecil rakyat yang memilih, bagaimana mereka bisa benar-benar mewakili suara publik? Rasa keterwakilan yang pudar menciptakan jurang antara rakyat dan pemimpin, memperlemah kepercayaan serta membuka ruang bagi ketidakstabilan sosial,” jelas Adjie.

Selain itu, Adjie menyebut golput juga memperkuat polarisasi. Dalam kondisi voter turnout rendah, hanya kelompok militan yang mendominasi. Lanjut dia, demokrasi berubah menjadi pertarungan antar kelompok kecil, bukan arena konsensus bersama. Lebih buruk lagi, rendahnya partisipasi mendorong politik elitisme di mana pemimpin hanya melayani kelompok pendukung aktif mereka.

“Namun, ancaman terbesar adalah hilangnya kepercayaan terhadap demokrasi itu sendiri. Golput sering mencerminkan kekecewaan: korupsi, janji yang tidak ditepati, atau kandidat yang dirasa tak mewakili,” ujarnya.

Demokrasi, kata Adjie, sejati membutuhkan lebih dari sekadar sistem dan membutuhkan jiwa partisipasi rakyatnya. Selanjutnya, Adjie mengatakan golput yang meninggi adalah bayangan dari demokrasi yang perlahan kehilangan denyut nadinya; hanya dengan keyakinan dan keberanian untuk datang memilih, kita bisa menghidupkan kembali jiwanya.

“Ketika golput meningkat, demokrasi kehilangan cahayanya. Pilkada perlu kembali digairahkan agar rakyat percaya bahwa pilkada itu adalah pintu yang dapat membuat hidupnya lebih maju,” ungkapnya.

Dari hasil hitung cepat 2024, Adjie mengatakan terlihat angka golput di Jawa Barat sebesar 36,98%. Angka golput di Jawa Timur sebesar 34,68%. Angka golput di Jawa Tengah 32,36%. Angka golput di Banten sebesar 36,10%. Angka golput di Sumatera Utara sebesar 38,22%. Angka golput di Sulawesi Selatan sebesar 29,84%. Angka golput di DKI Jakarta sebesar 46,91%.

“Angka rata-rata golput di 7 provinsi terbesar di Indonesia pada Pilkada 2024 sebesar 37,63%. Jika dibandingkan dengan pemilihan gubernur sebelumnya, terdapat kenaikan 6,23%. Angka rata-rata golput di 7 provinsi pada Pilkada 2019 sebesar 31,40%. Sekitar 30% sampai 47% pemilih pilgub 2024 di 7 provinsi terbesar tidak memilih,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya