Pengamat Ingatkan Pemerintah Harus Antisipasi Penyebaran Paham Khilafah saat Pilkada

Warga menentukan pilihannya dalam Pilkada. (ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Jakarta, VIVA - Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio mengatakan bahwa Pemerintah harus mengantisipasi penyebaran paham khilafah di tengah perhelatan Pilkada 2024.

Posenya Disebut Mirip Komeng, Ronal Suryapradja Dapat Komentar Negatif Netizen: Gaya Bisa Ditiru Tapi Rezeki Gak Bisa!

Hal tersebut suatu keharusan karena belakangan ini mulai beredar di media sosial narasi tentang negara yang berpegangan dengan prinsip khilafah.

"Khilafah memang tidak sesuai dengan apa yang ada di Indonesia atau kehidupan bernegara bangsa Indonesia," kata pria yang akrab disapa Hensa saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, 21 November 2024.

KPU Dalami Insiden Kotak Suara Dibakar saat Pencoblosan Pilkada di Jambi

Pilkada Tangerang/Ilustrasi.

Photo :
  • Antara/ Muhammad Deffa

Menurut Hensa, paham khilafah sangat berbahaya dalam suasana politik seperti lantaran dapat mencederai prinsip demokrasi dalam pilkada.

Analisis Pakar soal Faktor Keunggulan Andra-Dimyati dari Airin-Ade di Pilkada Banten

Ideologi ini, menurut dia, dapat membuat masyarakat menjadi radikal dan tidak mau terlibat dalam kontestasi pilkada.

Hensa mengemukakan bahwa intensitas penyebaran isu khilafah di tengah Pilkada 2024 tidak terlalu besar seperti yang terjadi sebelumnya.

Walau tidak besar, dia mengingatkan Pemerintah mewaspadai hal tersebut karena paham khilafah bisa dengan mudah "dimakan" oleh masyarakat dengan tingkat literasi rendah tentang Pancasila.

Warga Baduy memasukkan kertas suara di Pilkada Banten. (Foto ilustrasi).

Photo :
  • ANTARA FOTO/ Nunung Purnomo

Tidak hanya itu, kata dia, paham radikal ini juga bisa memengaruhi lapisan masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang agama.

Oleh karena itu, Hensa memandang perlu Pemerintah mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah paham radikal, salah satunya melibatkan ulama dan tokoh agama dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya paham khilafah.

"Pemerintah juga perlu mengajak para tokoh agama, alim ulama untuk terus-menerus menyadarkan kelompok masyarakat yang masih menginginkan khilafah hadir di Indonesia sebagai hal yang harus diubah," kata Hensa.

Pelibatan tokoh agama, menurut dia, merupakan langkah tepat dalam menangkal paham khilafah karena suara dan pendapat pemuka agama mudah diterima masyarakat.

Jika cara tersebut tidak berhasil, dia mengatakan bahwa Pemerintah harus mengambil langkah besar untuk menangkal paham khilafah dengan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Hensa mengutarakan bahwa masyarakat akan makin percaya dan memegang teguh Pancasila jika dasar-dasar negara itu memberikan dampak berupa kemakmuran dan kesejahteraan.

"Dengan demikian, mereka tidak lagi perlu mencari ideologi-ideologi lain, ajaran-ajaran lain, dan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan Pancasila, termasuk khilafah," kata Hensa.

Ia berharap langkah-langkah tersebut dapat diambil pemerintah demi mencegah merebaknya ideologi khilafah di tengah masyarakat. (ant)

Kapolres Mamberamo Tengah AKBP Rahman terkena panah (dok Polda Papua)

Pilkada Mamberamo Tengah Ricuh, Kapolres Rahangnya Kena Panah

Polres Mamberamo Tengah Polda Papua menangani kasus anarkis yang dilakukan massa pendukung Calon Wakil Bupati Nomor urut 2 (dua), Itaman Thago.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024