Debat Publik Terakhir, Cagub Jateng Ahmad Luthfi Janji Lakukan Ini untuk Buruh hingga Petani

Cagub Jateng nomor urut 2 Ahmad Luthfi.
Sumber :
  • YouTube KPU Jateng

Semarang, VIVA – Calon Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi berjanji untuk melindungi hak-hak pekerja dengan membentuk desk perlindungan buruh.

Debat Ketiga Pilgub Jateng, Andika Perkasa Optimis Bisa Tingkatkan Harapan Hidup 75-79 Tahun

Menurut Luthfi, hal ini akan memperkuat koordinasi antara pemerintah dan pihak terkait, seperti Polda Jawa Tengah.

Program kerja tersebut juga dipandang penting guna memastikan kesejahteraan tenaga kerja.

Debat Pilgub Jateng, Ahmad Luthfi Soroti Kelompok Rentan

Demo buruh (foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Paslon nomor 2 itu nantinya akan memperkuat program BPJS Ketenagakerjaan, yang akan menjamin hak-hak pekerja, mulai dari upah yang layak hingga hak-hak mereka dalam hal pemutusan hubungan kerja (PHK), dan pesangon.

Demi Petani Tebu Rasakan Manisnya Masa Depan, Kementan Melalui Program "MANIS" Kejar Swasembada Gula Nasional

“Kami akan memfasilitasi dialog yang konstruktif antara buruh dan pengusaha untuk menentukan Upah Minimum Regional (UMR) yang adil, berbasis pada prinsip industrial. Perlindungan terhadap perempuan pekerja juga akan menjadi prioritas kami, termasuk hak cuti hamil, melahirkan, atau keguguran,” kata Luthfi Dalam Debat Publik Ketiga Pilgub Jawa Tengah 2024, di Semarang, pada Rabu, 20 November 2024.

Selain itu, dalam hal pemberdayaan UMKM, Luthfi menawarkan program pendampingan dalam hal permodalan dan pemasaran untuk usaha mikro. Hal itu bertujuan agar mereka dapat naik kelas menjadi usaha menengah.

Sektor pertanian juga akan mendapat perhatian khusus dengan adanya program Jamkrida dan Jateng Berdikari, yang dirancang untuk melindungi petani dari risiko gagal panen dan menjaga stabilitas harga hasil panen.

Ilustrasi petani.

Photo :
  • Dok. Telkomsel

Luthfi pun menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di Jawa Tengah, yang tercatat hampir 14.000 tenaga kerja pada bulan September 2024.

Untuk itu, ia mengusulkan peningkatan jumlah Balai Latihan Kerja (BLK) yang lebih tersebar di seluruh wilayah Jawa Tengah, sehingga pelatihan tenaga kerja bisa lebih tepat sasaran.

“BLK kita harus diperbanyak dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Misalnya, pekerja garmen di Ungaran seharusnya dilatih di BLK yang ada di daerah tersebut, bukan di Kendal. Dengan begitu, tenaga kerja lokal bisa langsung siap pakai tanpa harus mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah,” jelas Luthfi.

Program peningkatan jumlah BLK ini, menurut Luthfi, akan membantu mengurangi angka pengangguran dan memastikan tenaga kerja Jawa Tengah siap bersaing di pasar kerja.

Dengan pendekatan yang lebih terfokus pada kebutuhan lokal, Luthfi optimis bahwa tenaga kerja di Jawa Tengah akan lebih terampil dan mampu memenuhi permintaan pasar.

Dia juga menegaskan pentingnya reformasi di bidang pendidikan untuk mencetak lulusan yang siap kerja, guna mengatasi tantangan ketenagakerjaan yang semakin besar di provinsi ini.

Menurutnya, pendidikan harus menjadi pintu gerbang menuju dunia kerja. Ia mengusulkan agar kurikulum pendidikan mendekatkan siswa dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

“Pendidikan harus menjadi pintu masuk menuju dunia kerja. Kurikulum harus mendekatkan para siswa pada kebutuhan pasar, sehingga lulus sekolah langsung bisa bekerja,” bebernya.

Dia menekankan pentingnya negara hadir menangani masalah kemiskinan ekstrem yang masih melanda sebagian besar masyarakat. Ia mengusulkan beberapa langkah konkret, antara lain dengan memberikan subsidi pangan murah, pendidikan gratis bagi keluarga miskin ekstrem, dan akses kesehatan gratis. 

Selain itu, Luthfi juga berencana memberikan fasilitas seperti seragam sekolah, buku, dan akses internet gratis bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, serta subsidi transportasi dengan menurunkan tarif kendaraan umum menjadi Rp 1.000 (dari sebelumnya Rp 2.000).

“Tidak hanya pendidikan dan kesehatan, kita juga akan memastikan anak-anak dari keluarga miskin dapat mengakses fasilitas lain yang mendukung keberhasilan mereka, termasuk akses transportasi yang terjangkau,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya