Sekjen PDIP Cibir Pertemuan Ridwan Kamil dengan Jokowi, Bilang Begini
- VIVA.co.id/B.S. Putra (Medan)
Jakarta, VIVA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto angkat bicara soal pertemuan antara calon gubernur (cagub) Jakarta nomor urut 01, Ridwan Kamil (RK) yang bertemu dengan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.Â
Dia menilai, pertemuan tersebut menandakan mentalitas RK yang lemah. Sebab, kata Hasto, pertemuan itu terjadi saat elektabilitas RK mengalami penurunan.Â
"Terima kasih, di tengah-tengah hasil survei yang menunjukkan pasangan RK Itu mengalami penurunan secara drastis, menunjukkan ketidakpercayaan publik yang makin besar, kemudian Pak RK datang ke Pak Jokowi, itu menunjukkan mentalitas kalah," kata Hasto kepada wartawan, Minggu, 3 Oktober 2024.Â
Hasto mengatakan langkah RK bertemu Jokowi tentu ingin meminta restu dan pertolongan agar bisa memenangkan Pilkada Jakarta 2024.
Dia mengatakan langkah meminta restu dan pertolongan maju kontestasi politik seperti mengembalikan Indonesia ke budaya Orde Baru.
Hasto menyebut anak muda sebenarnya tidak suka langkah meminta pertolongan dan restu dalam kontestasi politik. Para generasi Z lebih suka kandidat menawarkan gagasan dan mempertontonkan prestasi.
"Budaya restu-restuan itu adalah budaya lama, budaya Orde Baru. Berbeda dengan budaya anak muda, generasi milenial, gen Z ya mengedepankan prestasi--itu bedanya. Harus turun ke bawah, dengan menampilkan gagasan yang baik, sehingga ketika RK datang ke Pak Jokowi itu menunjukkan sekali lagi mentalitet kalah, mentalitet bukan pejuang," tuturnya.
Hasto melanjutkan langkah RK untuk meminta pertolongan untuk menang Pilkada Jakarta 2024 tidak dilakukan kandidat yang diusung PDIP yakni Pramono Anung dan Rano Karno atau Doel.
"Maka dari itu, kami makin meyakini Pak Pramono Anung dan Rano Karno akan memenangkan Pilkada Jakarta, karena terus turun ke bawah dan menyapa rakyat dengan gagasan gagasan yang membangun Jakarta sebagai global city," ungkap dia.
Hasto menilai menurunnya elektabilitas RK bisa terjadi setelah calon wakil gubernur Jakarta pasangannya, Suswono, membuat pernyataan tentang janda kaya menikahi pria muda pengangguran.
Temuan elektabilitas yang turun pada akhirnya membuat RK khawatir dan eks wali kota Bandung itu meminta pertolongan Jokowi untuk bisa menang Pilkada Jakarta 2024.
"Suatu kekhawatiran, kekhawatiran yang sangat dari RK, karena surveinya menurun dan kemudian ada persoalan terkait dengan wakilnya, yang banyak mengatakan itu suatu bentuk pelecehan agama, dan kemudian datang minta restu, sekali lagi itu menunjukkan mentalitas kalah. Oleh karena itu, mari kita semua bergerak serentak karena budaya restu restuan itu budaya masa lalu, budaya feudal yang harus kita tinggalkan," jelas Hasto.
Dia menuturkan langkah RK meminta pertolongan Jokowi sudah tak berlaku karena Presiden RI Prabowo Subianto sudah menekankan pentingnya aparat netral pada pilkada serentak 2024.
"Cawe-cawe Jokowi sudah enggak bisa lagi, meskipun kita lihat ada berbagai elemen-elemen aparatur negara yang masih mencoba dikerahkan. Oleh karena itu, jangan takut terhadap intervensi dari aparat negara, karena presiden prabowo sudah mengatakan komitmennya untuk netral. Kalau ada aparatur negara termasuk oknum polisi yang bergerak untuk memenangkan pasangan calon tertentu, itu artinya berseberangan dengan garis kebijakan Presiden Prabowo," tandasnya.