Mundurnya TGB dari Perindo juga Karena Beda Sikap di Pilkada NTB, Kata Pengamat

TGB Zainul Majdi dan Zulkieflimansyah berpose dua jari sebagai sinyal agar paket Zul-Rohmi lanjut dua periode, meskipun belakangan paket tersebut bubar. (Satria)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)

Lombok, VIVA – Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Majdi, resmi mengajukan surat pengunduran diri dari Partai Perindo. Seperti diketahui, jabatan TGB adalah Ketua Harian Partai. DPP Partai Perindo juga telah menerima secara resmi pengunduran diri mantan Gubernur NTB dua periode itu.

Sahbirin Noor Mundur Sebagai Gubernur Kalsel, Terungkap Alasannya

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Ihsan Hamid menilai mundurnya TGB memiliki kausalitas atau keterkaitan dengan Pilgub NTB 2024 saat ini.

“Kalau konteks Pilgub NTB tentu punya kausalitas. Orang politik kalau kedip mata punya makna apalagi peristiwa besar dan beliau bukan anggota biasa. Makanya pertanyaan dasar apa yang bisa kita baca ketika TGB menudur,” katanya dikonfirmasi, Jumat, 1 November 2024.

Istana Terima Surat Pengunduran Diri Sahbirin Noor Sebagai Gubernur Kalsel

Ihsan melihat, TGB saat ini baik selaku politisi maupun individu, mengarahkan dukungannya ke Zulkieflimansyah di Pilgub NTB, meskipun pihak Sitti Rohmi Djalillah atau Rohmi yang merupakan kakak kandung TGB sekuat tenaga menafsirkan berbeda. Semenetara realita yang ada bahwa TGB mendukung Zulkieflimansyah.

“Karena sejak awal TGB tidak ingin paket Zul-Rohmi pecah. Mundurnya beliau dari Perindo dapat dikatakan sebagai sikap kedewasan dalam poltik dan sebagai bentuk konsistensi TGB dengan sikap awal,” ujarnya.

Sahbirin Noor Mengundurkan Diri Sebagai Gubernur Kalimantan Selatan

Pasangan Sitti Rohmi Djalillah-Musyafirin pengusung utamanya adalah Perindo. Juga didukung oleh PKB sehingga bisa maju di Pilkada NTB tahun ini.

Ihsan menilai, dalam pemahaman TGB bahwa hasil dari paket Zul-Rohmi yang sudah menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur periode pertama, butuh transisi kepemimpinan selama 10 tahun atau dua periode.

Apalagi saat transisi kepemimpinan 2018 lalu, Zul-Rohmi memimpin dengan diwarnai bencana gempa bumi dan covid-19, sehingga membutuhkan waktu lebih untuk melihat hasil yang lebih baik. Namun duet ini tidak bisa disatukan lagi sehingga Zul dan Rohmi sama-sama maju sebagai cagub.

“Beliau (TGB) memahami secara ideal sirkulasi kepemimpinan itu 10 tahun baru terlihat hasil. Apalagi era Zul-Rohmi kemarin banyak juga hasil kepemimpinan mereka,” kata dia.

Dia melihat sikap TGB sudah terbaca dari awal. Mulai dari sikap tidak mendukung Rohmi-Firin saat wawancara dengan awak media di Islamic Center NTB, bersepeda bersama hingga menyaksikan Moto GP bersama Zulkieflimansyah di Sirkuit Mandalika, menjadi sinyal kuat arah dukungan TGB.

Ihsan melihat sikap mundurnya TGB dari Perindo sebagai sinyal bahwa TGB tidak ingin disebut netral di Pilgub NTB 2024.

“Saya rasa TGB tidak ingin disebut netral di Pilgub NTB. Keluarnya TGB masih memiliki kaitan dengan dukungannya ke Zulkieflimansyah,” ujar dia.

Jika TGB masih di Perindo, maka TGB tidak akan bebas untuk mendukung Zulkieflimansyah, karena faktor keterikatan dengan parpol yang berbeda dukungan.

“Kalau beliau (TGB) tetap di Perindo lalu tidak dukung Rohmi kan jadi ambigu. Ini jadi sikap tegas bahwa TGB tidak bisa dikaitkan dengan Rohmi,” katanya.

Dalam konteks pilkada ini, Ihsan meyakini TGB akan lebih lega untuk mendukung Zulkieflimansyah karena terbebas dari keterkaitan dengan partai.

Dengan keluarnya TGB dari Perindo, sangat memungkinkan jika ke depannya TGB akan turun kampanyekan paket 02, Zul-Uhel.

“Sangat terbuka beliau bisa kampanyekan Zul. Arahnya bisa saja ke situ meskipun hanya Tuhan dan TGB yang tahu. Tetapi kausalitasnya secara poltik bisa dibaca,” kata dia.

Dengan dukungan TGB, Ihsan menilai Zulkieflimansyah mendapatkan limpahan elektoral yang cukup besar.

“Kemungkinan Zul mendapat limpahan elektoral karena enggak bisa kita baca TGB sebagai sosok figur yang biasa. Beliau masih punya pengaruh karena masih  menjadi kingmaker  yang ada di NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah),” ujarnya.

Suara NWDI dinilai dapat pecah dua, setengah untuk Rohmi dan setengah untuk TGB atau bisa saja lebih besar untuk TGB mengingat TGB masih punya pengaruh cukup besar di internal organisasi Islam terbesar di NTB ini.

“Artinya setidaknya suara NWDI berpotensi pecah dua, setengah bisa ke TGB atau ke Rohmi atau sebagian besar akan ikut TGB,” ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya