Elektabilitasnya Beda Tipis dengan Pram-Rano, Ridwan Kamil: Survei Bukan Penentu Takdir

Cagub Jakarta nomor urut 01, Ridwan Kamil di Kantor DPD Partai Golkar, Jakarta Pusat
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Jakarta, VIVA - Calon gubernur (cagub) Jakarta nomor urut 01 Ridwan Kamil (RK) merespons hasil survei yang dirilis LSI Denny JA hari ini, Rabu, 30 Oktober 2024. Hasil survei LSI menyebutkan elektabilitas pasangan RK-Suswono beda tipis dengan cagub-cawagub Pramono Anung-Rano Karno.

Pramono Anung Temui Ketua DPRD Jakarta, Ini yang Dibahas

RK-Suswono meraih elektabilitas 37,4 persen. Kemudian, pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno 37,1 persen membuntuti secara ketat di bawahnya.

Terkait hal itu, RK mengatakan survei bukanlah penentu takdir mengenai siapa yang akan memimpin Jakarta di masa mendatang. Menurutnya, survei hanyalah pembaca mood pemilih. 

Baleg DPR Tunggu Pemerintah Soal Usulan Kepala Daerah Dipilih DPRD

Pasangan cagub-cawagub Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno Si Doel

Photo :
  • Youtube KPU DKI Jakarta

"Survei itu bukan penentu takdir, hanya pembaca mood hari ini. Berarti kan ada sisa undecided voter yang masih tinggi," kata RK kepada wartawan di Kantor DPP Projo, Jakarta Selatan, Rabu, 30 Oktober 2024.

Berstatus Tergugat, KPU Banjarbaru Mangkir Sidang Perdana Sengketa Pilkada di PN

Eks gubernur Jawa Barat itu menjelaskan, apapun hasil survei yang beredar, pihaknya akan tetap bekerja keras meyakinkan pemilih hingga waktu pencoblosan nanti.

"Ya jawaban survei sama saja. Kalau kurang baik kita kerja keras, kalau sudah baik tetap kerja keras," ucapnya.

"Kita akan yakinkan dengan meyakinkan agar mereka mau ke kita dengan blusukan, dengan forum town hall, dengan bentuk yang sebetulnya seminar, media sosial dan lainnya, nggak ada ada perubahan," jelas RK.

Warga menentukan pilihannya dalam Pilkada. (ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Persaingan antara pasangan Ridwan Kamil-Suswono dengan Pramono Anung-Rano Karno, di Pilkada Jakarta, semakin seru. Elektabilitas kedua pasangan ini berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, sangat tipis sekali.

Pasangan nomor urut 1 yakni RK-Suswono elektabilitasnya 37,4 persen. Kemudian, pasangan nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno 37,1 persen membuntuti secara ketat di bawahnya.

"Pasangan KIM Plus, Ridwan Kamil-Suswono, mendapat elektabilitas 37,4 persen, sedikit unggul dari pasangan PDIP, Pramono Anung-Rano Karno (Si Doel), yang memperoleh 37,1 persen. Pasangan independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, meraih 4,0 persen, sementara 21,5 persen responden belum menentukan pilihan," ujar Direktur LSKP-LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono dalam keterangannya, Rabu 30 Oktober 2024.

Mesin KIM Plus Kurang Efektif

LSI Denny JA turut mengungkap alasan pasangan calon yang didukung oleh KIM Plus tidak begitu unggul secara signifikan di Jakarta. Sunarto menuturkan salah satu alasannya yakni mesin partai KIM Plus kurang efektif.

"Banyak pemilih PKS, Golkar, PKB, Demokrat, PPP, dan Nasdem cenderung memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno dari pada pasangan yang diusung partai mereka sendiri," kata dia.

Sunarto menyebut saat ini justru kondisi berbalik. Pasalnya, PDIP sekarang lebih solid karena mayoritas anggotanya mendukung pasangan nomor urut 3.

"Ini menjadi pekerjaan besar bagi Ridwan Kamil - Suswono. Mengapa pemilih dari partai pengusungnya sendiri, Golkar (Ridwan Kamil) dan PKS (Suswono), lebih banyak memilih Pramono dan Rano Karno. Ada jarak yang lebar antara keputusan elit partai dan massa partai," jelasnya.

Bahkan, alasan lainnya yakni pasangan RK-Suswono kini kurang diterima oleh komunitas Betawi. Rano Karno dengan kisah “Si Doel” lebih menempel di memori pemilih Betawi.

"Ketiga, popularitas Ridwan Kamil sebanding dengan Rano Karno, dengan angka 97 persen keduanya, yang berarti tidak ada keunggulan signifikan dalam hal pengenalan figur. Untuk kasus Jakarta, Cagub Pramono banyak didongkrak oleh cawagubnya," paparnya.

Warga menentukan pilihannya dalam Pilkada. (ilustrasi)

Pengamat Ungkap Sejumlah Dampak Negatif jika Pilkada lewat DPRD

Peneliti bidang politik mengatakan bahwa wacana pemilihan kepala daerah yang dipilih lewat DPRD tidak serta-merta menjamin pengurangan biaya politik secara keseluruhan.

img_title
VIVA.co.id
18 Desember 2024