Seru! Rano Karno Vs Dharma Pongrekun soal Kebijakan Terhadap Masyarakat Baduy
- Youtube KPU DKI Jakarta
Jakarta, VIVA – Calon Gubernur Jakarta nomor 2, Dharma Pongrekun menyinggung persoalan suku Baduy kepada calon Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 3, Rano Karno. Momen itu terjadi dalam debat kedua Pilgub Jakarta 2024.
Dharma turut mempertanyakan adanya sejumlah penolakan kepada Rano saat Baduy hendak dijadikan tempat wisata. Ia bertanya ke Rano karena pernah menjabat sebagai Gubernur Banten.
Namun, Rano membantah adanya penolakan tempat wisata. Dia justru menjelaskan soal budaya Seba yang ada di wilayah Baduy. Sebab, itu kunjungan masyarakat Baduy ke pemerintah daerah.
"Kalau saya menolak enggak mungkin mereka berkunjung. Tapi, memang saya membatasi kenapa? Karena permintaan masyarakat Baduy itu sendiri," kata Rano di Beach City International Stadium (BCIS), Ancol, Jakarta Utara pada Minggu 27 Oktober 2024.
"Mereka minta apa? Enggak boleh ada BTS, supaya HP tidak masuk ke kampung mereka," lanjut Rano.
Namun, anak suku Baduy luar memiliki HP. Meski tak ingin punya sekolah tapi Baduy luar berpendidikan.
"Tapi anak Baduy luar punya HP. Mereka tidak ingin punya sekolah, tapi mereka berpendidikan, mereka punya sekolah sendiri," lanjut Rano.
Politikus yang disapa Si Doel itu justru menyindir Dharma Pongrekun. Sebab, ada sejumlah wisatawan yang diadang tak boleh masuk ke Baduy.
Wisatawan yang mau berkunjung jumlahnya membludak. Dengan demikian, pemerintah daerah harus membatasi kunjungan masuk ke Baduy.
"Jadi, artinya masyarakat Baduy adalah masyarakat yang tidak bisa kita pungkiri mereka mempunyai kebudayaan yang luhur. Dan, mereka punya kemampuan untuk mengeksplor dirinya sendiri," tutur Rano.
Rano menyebut dirinya sudah memberikan fasilitas untuk masyarakat Baduy saat menjabat sebagai Gubernur Banten.
"Acara Seba kita kembangkan menjadi pariwisata. Dulu seba kecil. Waktu saya jadi gubernur yang berkunjung bisa 6 ribu orang masyarakat Baduy," sebut Rano.
Menurut dia, kondisi itu yang membuat masyarakat Baduy dikenal lebih luas.
"Itu lah memang membuat mereka ketakutan krna kunjungan wisata di sana membludak kembali lagi saya tidak menolak tapi memang saya membatasi karena apa permintaan masyarakat Baduy itu sendiri," ujarnya.