Seringkali jadi Alat Kampanye, Masyarakat NTT Diminta Kritis Saat Membaca Hasil Survei

Ilustrasi Pilkada
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA – Masyarakat diminta tetap kritis ketika membaca hasil survei. Termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur atau NTT. Menjelang pilgub, hasil-hasil survei bermunculan. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai penting untuk tidak gampang terpengaruh terhadap itu.

Hasil Survei Unggul, Lucky Hakim: Ini Adalah Anugerah dari Allah

Tidak jarang hasil survei sengaja dibuat bias. Ini semua dijadikan alat kampanye politik dengan cara menggunakan surveyor yang tidak netral atau mensurvei responden yang sudah dikondisikan.

"Pemilih harus kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh hasil survei. Meskipun survei adalah alat penting untuk mengukur dukungan publik, tetapi harus dilakukan dengan metode yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan," kata Ujang Komarudin dalam keterangannya, Kamis 10 Oktober 2024.

Kampanye Akbar Sendi-Melli Pecah, Ribuan Warga Gaungkan Bogor Hepi

Untuk itu menurutnya masyarakat harus fokus. Jangan sampai terpengaruh hasil yang kerap kali sebagai framing untuk meningkatkan elektabilitas pihak lainnya.

"Masyarakat NTT diharapkan fokus pada rekam jejak, integritas, dan visi misi kandidat, dari pada bergantung pada angka-angka survei yang bisa saja dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu," ujarnya.

Kampanye Akbar Bobby-Surya Dihadiri Ribuan Orang di Deliserdang

"Bagaimanapun hasil survei merupakan acuan untuk kerja elektoral, bukan penentu kemenangan. Masyarakat NTT tentunya harus kritis membaca dan pahami hasil survei yang mungkin bias jadi alat kampanye politik," jelasnya.

Menurutnya masyarakat harus tahu, kalau data yang disurvei adalah data lapangan yang murni. Mereka yang melakukan survei juga harus netral independen, tidak boleh ada titipan. Sedangkan respondennya juga harus nyata, bukan dikondisikan.

"Misalkan saja, dengan data dan responden yang sama, tiba-tiba ada satu lembaga survei merilis calon A yang unggul sementara banyak lembaga-lembaga survei lain merilis calon B yang menang. Tentunya hasilnya meragukan dan jadi pertanyaan juga?," ujarnya.

Seperti diketahui, Indikator Politik Indonesia terbaru merilis hasil survei elektabilitas cagub dan cawagub NTT yang berlaga di Pilkada 2024. Pasangan Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) dan Jane Natalia Suryanto meraih 36,6 persen. Sementara pasangan Emanuel Melkiades Laka Lena (Melki Laka Lena) dan Johni Asadoma 27,4 persen. Pasangan Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu 23,9 persen.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat tiba di gedung KPK.

Gubernur Bengkulu Ditangkap saat Kampanye Terakhir, Pengacara: KPK Sekarang Lebih Kental Politik

Pengacara tak terima kliennya yaitu Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah ikut digelandang usai terjaring OTT.

img_title
VIVA.co.id
24 November 2024