BPIP: Persahabatan Imam Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus Tak Langgar Peraturan Katolik

Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny.
Sumber :
  • ANTARA/Naim/am

Jakarta, VIVA - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menilai kerukunan dan persahabatan yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar menjadi teladan bagi umat beragama.

Menag Sebut Ada Krisis Agama di Indonesia

"Menjadi teladan bagi para tokoh agama dan umat beragama untuk saling memberi, saling menerima perbedaan dan keragaman," ujar Benny di Jakarta, Selasa, 10 Agustus 2024.

Benny merujuk pada momen Paus Fransiskus yang melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal Jakarta, yang terletak berdekatan dengan Gereja Katedral.

Menag Pangkas 50 Persen Anggaran Perjalanan Dinas LN: Itu Arahan Prabowo dan Mayor Teddy

Paus Fransiskus Kunjungi Masjid Istiqlal

Photo :
  • (Aditya Aji/Pool Photo via AP)

Ia menilai momen keakraban antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menjadi simbol inklusivitas dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Gandeng Manajemen Masjid Istiqlal Tingkatkan Kemakmuran, Pengusaha Ini Bikin Terasultan

Momen tersebut, menurut dia, patut disyukuri karena mencerminkan keindahan kemajemukan yang dikelola dengan baik.

Paus Fransiskus juga memuji prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang dijunjung oleh masyarakat Indonesia, dan menilai keberagaman yang terawat sebagai harta tak ternilai.

"Persahabatan antara Imam Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus tidak melanggar peraturan dari agama Katolik. Persahabatan antarumat beragama kita lihat sebagai fenomena yang manusiawi saja, justru agama seharusnya mengajarkan persaudaraan, bukan permusuhan," ujarnya.

Paus Fransiskus Kunjungi Masjid Istiqlal

Photo :
  • (Aditya Aji/Pool Photo via AP)

Ia berharap momen berharga ini dapat menjadi inspirasi bagi para tokoh agama lainnya untuk membangun persahabatan, saling menghargai perbedaan, dan terus menjaga kemajemukan bangsa.

Benny meyakini hal tersebut akan berimbas pada umat beragama di akar rumput sehingga mereka menjadi lebih rukun dan mampu menjiwai konsep perdamaian dalam keberagaman.

Ia juga mendorong dialog budaya sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik dan memajukan nilai-nilai kemanusiaan serta keadilan.

“Dalam dialog itu kita bisa mewujudkan apa dikatakan Bung Karno, Indonesia harus menjadi taman sari dunia. Meskipun berbeda suku, etnis, agama, keturunan, kita tetap menjadi bangsa yang mengutamakan nilai-nilai cinta kasih, kemanusiaan, dan kerja sama," ucapnya. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya