Pengamat: Pembentukan Angkatan Siber TNI Butuh Investasi Besar dan Waktu Tidak Sebentar

Ilustrasi Prajurit TNI
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Jakarta, VIVA - Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai pemerintah harus memberikan dukungan penuh dari segi anggaran, fasilitas hingga penyediaan sumber daya manusia (SDM) jika benar-benar ingin membangun Angkatan Siber selaku matra keempat TNI.

ISEW 2024 Ungkap Investasi dan Regulasi Jadi Kunci Akselerasi Proyek Energi Terbarukan

"Jika dukungan penuh diberikan, maka proses menuju matra siber yang sepenuhnya operasional bisa memakan waktu antara 15 hingga 20 tahun," kata Khairul dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis, 5 September 2024.

Menurut Fahmi, saat ini dunia telah memasuki era di mana peperangan siber menjadi salah satu pilihan sebuah negara untuk menyerang negara lain.

Milenial Indonesia Yakin Kadin Akan Semakin Besar Dinakhodai Anindya Bakrie

VIVA Militer: Kapal perang TNI Angkatan Laut. (Ilustrasi)

Photo :
  • TNI Angkatan Laut

Melalui peperangan siber, sebuah negara akan menyerang menggunakan arus informasi, data yang dapat mempengaruhi masyarakat sehingga membuat negara tersebut menjadi tidak stabil. Tidak hanya itu, peperangan siber juga bisa dilakukan dengan cara meretas sistem pengelolaan data negara lain.

Pengamat: Penurunan Pasar Otomotif Bisa Hambat Investasi Asing

Untuk menghadapi hal tersebut, Fahmi menilai pembuatan Angkatan Siber menjadi hal yang layak dilakukan pemerintah.

Namun demikian, Fahmi menilai butuh modal besar untuk melahirkan hingga membesarkan Angkatan Siber menjadi ujung tombak pertahanan siber negara.

"Pembentukan matra siber membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur yang aman dan modern," kata Fahmi.

Ilustrasi prajurit Paskhas TNI AU mengikuti Apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Fahmi melanjutkan, Matra Siber juga harus dilengkapi dengan teknologi yang canggih hingga kemampuan SDM yang mumpuni.

"Selain itu pengembangan doktrin, strategi, dan kerangka hukum untuk operasi siber militer akan memerlukan waktu yang tidak sebentar," kata Fahmi.

Karenanya, tidak heran, menurut Fahmi, jika membangun matra siber membutuhkan modal yang besar dan waktu yang panjang.

Sambil melewati proses itu, Fahmi menilai pemerintah bisa memperkuat satuan yang sudah ada yakni Pusat Pertahanan Siber (Pussiber) TNI dan unsur-unsur komunikasi dan elektronika (komlek) di setiap matra.

Satuan tersebut juga harus bisa sinergi dengan Badan Siber Sandi Negara (BSSN) guna memperkuat pertahanan data nasional.

Dengan ragam upaya tersebut, Fahmi meyakini pertahanan siber di Indonesia akan semakin menguat. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya