Penjelasan Istana soal Pernyataan Jokowi 'Ditinggal Ramai-Ramai'
- Antara
Jakarta, VIVA – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi menjelaskan maksud pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal ditinggalkan ramai-ramai oleh partai politik saat jabatan selesai. Hasan menyebut itu hanya bentuk candaan segar di dunia politik.
Demikian disampaikan Hasan menanggapi sambutan Presiden Jokowi pada Kongres III Partai Nasdem pada Minggu kemarin.
"Menurut kami itu bukan berarti Pak Presiden mengatakan ada yang meninggalkan beliau, tapi lebih kepada melempar jokes segar dalam politik," kata Hasan di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa, 27 Agustus 2024.
Hasan menekankan, memang biasanya ada momen banyak pihak atau partai politik meninggalkan pejabat yang hendak memasuki akhir jabatannya.
Namun, pernyataan Presiden itu, tekan Hasan, menegaskan bahwa partai politik, khususnya Nasdem dan Ketua Umum Surya Paloh, tidak meninggalkan Presiden Jokowi yang segera mengakhiri masa jabatannya pada Oktober mendatang.
Momen Presiden Jokowi tidak ditinggalkan oleh partai juga terbukti saat Presiden yang hadir pada Pembukaan HUT Ke-26 dan Kongres Ke-6 PAN pada Jumat, 23 Agustus.
"Kalau misalnya pernyataan becandaan itu juga ada di PAN, misalnya juga akan seperti itu. PAN tidak seperti itu. Buktinya Presiden juga bersama PAN kemarin kan. Jadi itu lebih kepada jokes-jokes segar dalam politik saja," kata Hasan.
Diketahui, pada Kongres II Nasdem, Jokowi sempat menyinggung bahwa seseorang yang baru memasuki jabatan biasanya didatangi ramai-ramai. Tapi sebaliknya, jika seseorang tersebut memasuki akhir jabatannya, juga ditinggal ramai-ramai.
"Biasanya datang itu rame-rame, terakhir begitu mau pergi ditinggal ramai-ramai," kata Jokowi.
Presiden Jokowi pun kemudian meyakini Surya Paloh tidak akan meninggalkannya. "Tapi saya yakin itu tidak dengan Bapak Surya Paloh, tidak dengan Bang Surya dan tidak juga dengan Nasdem," kata Jokowi.