Nasi Sudah Menjadi Bubur, Anies Tak Menduga Ditinggal Koalisi Perubahan

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Jakarta, VIVA – Tiga partai politik dalam Koalisi Perubahan yang semula pengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, yakni NasDem, PKS dan PKB, secara resmi berbalik mendukung bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Gagal di Pilgub Jakarta, Dharma Pongrekun Bakal Geluti Bisnis Ini agar Ada Pemasukan

Mereka termasuk dalam 12 parpol yang turut mendeklarasikan bakal paslon Ridwan Kamil-Suswono di Hotel Sultan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024.

Dengan deklarasi tersebut, maka hampir dipastikan peluang Anies Baswedan untuk bertarung di Pilkada Jakarta kandas. Tersisa PDIP yang belum menentukan pilihan, tapi juga tak cukup mengusung sendiri calon karena kekurangan kursi.

Pakar Sebut Putaran ke-2 Jadi Panggung Sengit RK-Suswono vs Pramono-Rano

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan elektabilitas Anies Baswedan dalam survei terakhir Indikator memang masih yang teratas jika dibandingkan Ridwan Kamil atau Ahok.

Meskipun dalam berbagai simulasi Anies secara elektoral mampu mengungguli rival-rivalnya, namun menurut Burhan, fenomena partai politik di Jakarta justru berbicara sebaliknya. Parpol mengerucut pada satu calon saja, yakni Ridwan Kamil.

Partisipasi Pilkada 2024 Lebih Rendah Dibandingkan Pilpres dan Pileg

"Nah, sepertinya kecil kemungkinan itu terjadi, karena terjadi belakangan ini ada fenomena partai-partai mengerucut pada satu calon saja. sehingga keberagaman aspirasi dan preferensi elektoral tadi tidak tergambarkan  dalam persaingan pilkada mendatang," kata Burhanuddin Muhtadi dalam perbincangan di tvOne, dikutip Selasa, 20 Agustus 2024.

Ia kemudian menyoroti kandasnya pencalonan Anies Baswedan karena partai pengusungnya tiba-tiba balik badan. Diawali NasDem merapat ke KIM, disusul PKS, dan terakhir PKB yang mengaku telah berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta.

Insentif Kekuasaan

Burhan menganalisis bahwa alasan tiga partai pengusung Anies ini berubah haluan dan bergabung KIM Plus karena persoalan insentif politik dari kekuasaan.

"Yang menarik menurut saya sebenarnya insentifnya, kenapa mereka balik badan. Saya sendiri tidak ada bukti yang kuat soal tekanan, itu ramai di belakang layar, tetapi kita bicarakan apa kira-kira insentifnya sehingga mereka tinggalkan Anies, calon yang secara elektoral hari ini masih kuat," ujarnya

Menurutnya, salah satu alasan NasDem, PKS dan PKB mendukung Anies di Pilpres 2024 lalu, adalah karena coat tail effect atau efek ekor jas. Terbukti, ketiga partai itu memperoleh peningkatan kursi legislatif DPR RI pada Pileg 2024, sekalipun capres mereka kalah.

"Nah coat tail effect dalam konteks pilkada itu tidak ada. Karena pilegnya masih 5 tahun lagi, harusnya ini disadari betul mas Anies," paparnya

Dalam konteks pilkada sekarang, terang Burhan, insentif coat tail effect itu tidak dipunyai partai-partai politik. Mereka menunggu 5 tahun lagi untuk mendapatkan insentif itu dari calon yang diusung.

"Karena itu, yang mereka pikirkan itu insentif jangka pendek, entah itu bergabung dalam pemerintahan mendatang untuk mendapatkan kue kekuasaan, atau insentif untuk mempertahankan ketua umum agar tidak digoyang dalam muktamar atau kongres," kata Burhanuddin

"Makanya saya termasuk yang menyayangkan kenapa mas Anies tidak menyiapkan jalur perseorangan dari awal. Ini yang seharusnya dipikirkan mas Anies. Ternyata nasi sudah menjadi bubur," imbuhnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya