Disebut Intimidasi Kapolri, Megawati: Masa Mau Ketemu Enggak Boleh
- YouTube PDIP
Jakarta, VIVA - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengaku disebut mengintimidasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo karena sebelumnya ia ingin bertemu Kapolri jika Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto ditangkap aparat penegak hukum. Megawati menegaskan bahwa dirinya tidak mengintimidasi, melainkan hanya ingin bertemu dengan Kapolri.
"Ini yang saya mau menerangkan, ada orang ngomong loh, kok saya mengintimidasi Kapolri. Lah kalau intimidasi, saya enggak ngomong di depan umum. Aih aku pikir. Loh iya kenapa enggak boleh ketemu Kapolri," ujar Megawati dalam pidato politiknya di DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu, 14 Agustus 2024.
Megawati menyebut dirinya yang memisahkan Polri saat menjadi Presiden ke-5 RI. Menurutnya, Kapolri harus membukakan pintu jika ada masyarakat yang ingin bertemu, termasuk dirinya.
"Saya warga negara Indonesia. saya yang memisahkan polri. Betul apa tidak? Jaman presiden loh. Terus masa rakyat nggak boleh ketemu ama Kapolri. Lah kalau saya bilang mau ketemu Kapolri, Kapolrinya kan mestinya buka pintu," kata dia.
Megawati menyebut hingga saat ini belum ada surat yang tertuju kepadanya terkait pertemuan dengan Kapolri itu.
"Sampai hari ini nggak ada surat, ibu Mega yang terhormat ayok kita ngobrol. Memangnya nanti saya terus mau ditangkap karena mau ketemu Kapolri ditangkap?" ujar Megawati.
Sebelumnya, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengancam akan mendatangi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo jika Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto ditangkap oleh aparat.
Hal tersebut diungkap Megawati dalam pidato politiknya di Mukernas Partai Perindo di INews Tower, Jakarta Pusat pada Selasa, 30 Juli 2024.
"Jadi saya bilang sama Hasto, 'udah enggak usah takut, nanti kalau kamu diambil (ditangkap), aku pergi ke Kapolri', aku bilang gitu," ujar Megawati.
Megawati menegaskan dirinya selalu mengajarkan seluruh kader agar menegakkan kebenaran. Ia juga yakin Kapolri tidak akan bisa bicara apabila didatanginya. Dia mengaku bingung, karena PDIP seperti diganggu.
"Mbok saya kan selalu mengajarkan kebenaran isi kebenaran. Saya sampai tanya. Saya kan nanya sama ahli tata negara, pengacara, sebenarnya salah saya ini opo toh. Coba pikir, coba kalau bisa. Tapi mau ngambil saya pada enggak berani. Jadi yang sasarannya di sekeliling saya gitu loh," kata dia.