Dibayangi Kutukan Petahana, Pengamat: Anies Bisa Saja Dikalahkan Ridwan Kamil di Jakarta
- VIVA.co.id
Jakarta, VIVA – Pakar Politik Adi Prayitno memberikan analisanya mengenai Pilkada di Jakarta dan peluang Anies Baswedan maju kembali menduduki kursi Gubernur di Jakarta. Menurut Adi, Pilkada di Jakarta saat ini sudah menjadi ranahnya elite politik yang menentukan.
Meski saat ini elektabilitas Anies masih jadi yang tertinggi di Jakarta, namun para elite partai politik saat ini tak lagi terpaku pada faktor elektabilitas semata. Elite partai politik dinilai bakal melihat untung-rugi sebelum memutuskan mengusung calon di Pilgub Jakarta.
"Anies secara perlahan pamornya sudah mulai kelihatan tidak terlampau signifikan. PKS, kemudian PKB dan Nasdem, pasti berhitung apa faedah elektoralnya (mengusung Anies) di Jakarta," kata Adi Prayitno dalam program Dua Sisi, tvOne Kamis malam, 8 agustus 2024
Adi menambahkan, saat ini sudah tidak ada Pimilihan legislatif yang bisa mempengaruhi perolehan kursi partai di DPR atau DPRD. Sehingga sosok yang diusung di Pilgub DKI tak akan memberikan efek ekor jas bagi partai pengusung.
"Satu sisi ada tawaran dari KIM, bergabung dengan Koalisi Prabowo-Gibran 5 tahun, dapat jabatan menteri, kekuasaan politik, akses terhadap ekonomi, dan lain sebagainya, dan dijamin salah satu non-KIM ini ada wakilnya, bisa dari PKS, PKB, Nasdem, Ini barang sudah jadi ini," kata Adi
"Sementara pada saat yang bersamaan, Anies diusung di Jakarta tidak ada jaminan menang. Bahwa di survei (memiliki elektabilitas) paling tinggi, Iya. Tidak ada yang bisa membantah," kata Adi.
Tetapi, Adi mengingatkan mengenai 'kutukan' bagi calon petahana yang maju di Pilgub Jakarta. Dilihat dari beberapa Pilgub Jakarta sebelumnya, ada kecenderungan petahana mendapat hasil buruk dan selalu kalah saat maju mencalonkan diri di periode keduanya.
Dia mencontohkan bagaimana sosok Fauzi Bowo yang merupakan petahana di Pilgub Jakarta 2012, kalah melawan pasangan Jokowi-Ahok. Kemudian Ahok yang berstatus sebagai petahana di Pilgub DKI Jakarta 2017, kalah melawan pasangan Anies-Sandi. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin Anies juga bisa dikalahkan oleh penantangnya jika maju di Pilkada Jakarta dengan status Petahana.
"Di Jakarta ini kan ada kutukan petahana. Fauzi Bowo, petahana, maju yang kedua kalinya, kalah sama Jokowi sama Ahok. Ahok petahana, maju yang kedua kalinya, kalah sama Anies Baswedan," kata Adi.
"Bukan tidak mungkin kalau memang Anies bisa berlayar, mudah juga untuk dikalahkan. Dalam konteks ini, jika lawannya Ridwan Kamil, diusung oleh KIM, mesin politiknya masih mendidih, ya Saya kira resource itulah yang bisa dikapitalisasi untuk mengalahkan Anies," tambah Adi.
Saat ini, menurut Adi, Pembicaraan siapa yang maju di Pilgub Jakarta kali ini, bukan lagi pembicaraan rakyat. Bukan juga mengenai elektabilitas yang sangat tinggi.
"Bukan itu. Bukan lagi soal aspirasi rakyat. Ini soal Bagaimana elite saling buka hati, soal pikiran 'Ayo di Jakarta kita undi aja siapa, harus dapat siapa, dan di tempat lain mendapatkan apa'. Oleh karena itu per hari ini dalam konteks kandidasi di Jakarta, dan di tempat yang lain, tidak melibatkan rakyat. Yang dilibatkan dan menjadi faktor determinan adalah elite-elite partai," ujarnya