Pesan Megawati kepada Anak Muda: Yang Modern Bisa Merusak, Harus Seimbang
- VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham
Jakarta, VIVA - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada generasi muda penerus bangsa untuk terus menaruh kepeduliannya terhadap budaya dan kesenian yang ada di Tanah Air . Ia juga berpesan tidak terlena dengan kemajuan teknologi dan tidak melupakan akar bangsa sendiri agar tercipta keseimbangan.
Pesan tersebut disampaikan Megawati usai melihat secara langsung pameran seni rupa patung dan aktivisme karya Dolorosa Sinaga di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis, 8 Agustus 2024.
Awalnya, Megawati mengisahkan bagaimana dirinya memiliki kekaguman dengan seluruh kesenian yang ada di Tanah Air. Rasa kecintaan dengan sebuah kebudayaan dan kesenian ini juga tumbuh di keluarganya.
"Dari dulu memang saya mengagumi, karena ndak tahu ya, saya kan pernah bilang bahwasanya di sini, ketika ada pameran Butet, saya, keluarga saya, mungkin terkenalnya hanya urusan politik. Padahal tidak (politik saja). Kami dari keluarga seniman, bapak ibu saya itu sangat mengapresiasi seniman. Dan budayawan, bukan seniman saja," kata Megawati.
Menurutnya, kekagumannya dengan karya-karya seni ini sebagai bentuk penghormatan atas ide dan gagasan para seniman dan budayawan.
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini pun mendorong kepada seluruh generasi muda yang juga sebagai penerus bangsa, untuk tidak pernah melupakan seni dan budaya yang ada di Indonesia.
Megawati tak ingin generasi muda justru terlena dengan adanya kemajuan teknologi yang ada saat ini.
"Jadi memang itu, kalau dilihat, makanya adek-adek ini jangan cringe dengan budaya dan seni. Modern boleh, tapi mending kalian ada yang tahu soal budaya sendiri," ujarnya.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menyampaikan bahwa tak ada yang salah anak-anak muda mengikuti perkembangan zaman. Namun, dia mengingatkan tetap perlunya ada keseimbangan.
"Makanya jangan mikir (semata-mata) kalau yang modern itu yang hebat, no. (Pemikiran begitu) bisa merusak. Jadi mesti menyeimbangi. Dan saya sangat tahu sekali bahwa modernisasi kalau juga tidak dilakukan dengan sebuah hati nurani, itu bisa menjadi daya rusak yang hebat," tuturnya.