PDIP Kenang Perjuangan Bung Karno Lawan Kolonial Belanda Lewat Wayang
- VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham
Jakarta – Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan, pertunjukkan wayang mengajarkan berbagai nilai kehidupan serta falsafah bangsa sebagaimana diajarkan Proklamator RI Ir Soekarno atau Bung Karno.
"Jadi, bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian maka wayang sekali lagi mengajarkan berbagai nilai-nilai kehidupan dan itulah menjadi bagian dari falsafah bangsa yang digali oleh Bung Karno melalui Pancasila yang disampaikan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945," ujar Hasto di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu, 8 Juni 2024.
Hasto lantas mengingatkan kembali perjalanannya bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ke Kota Ende, Nusa Tenggara Timur pada 1 Juni 2024 lalu.
Ende menjadi tempat pengasingan Bung Karno sejak tahun 1934-1938. Di tempat pengasingan yang terletak di pulau Flores itu, Bung Karno banyak merenung di sebuah taman. Di bawah pohon sukun di taman tersebut, hasil perenungan Bung Karno adalah Pancasila.
“Seorang Bung Karno kalau mau hidup mudah dengan gelar insinyurnya Bung Karno bisa kaya. Tetapi Bung Karno demi kemerdekaan rakyat Indonesia agar bisa merdeka agar bisa bersuara agar bisa berserikat mengatasi hukum-hukum kolonial yang menjajah kehidupan seluruh rakyat Indonesia," kata Hasto.
Di Ende, kata dia, meski hidup dalam kesulitan, Bung Karno menolak ajakan untuk diselundupkan ke luar dan memilih menyatu dengan rakyat jelata.
“Di Ende itu Bung Karno mengatakan ‘meskipun hidupku sangat susah dan menderita di Ende, tetapi ketika ada orang yang mau mengajak saya untuk diselundupkan ke luar dari Ende, saya lebih memilih menyatu dengan rakyat jelata dengan montir mobil, dengan penjahit, dengan rakyat yang tidak punya pekerjaan, tetapi mereka punya kesetiaan terhadap sahabat perjuangannya’,” kata Hasto mengutip Bung Karno.
Meski dengan berbagai kesulitan, kata Hasto, Bung Karno tetap menegaskan komitmennya untuk tidak meninggalkan Ende, meski harus berkorban.
“Maka Bung Karno kemudian mengatakan, kita harus menyusun kekuatan, karena ketika Belanda menyusun kekuatannya dengan mentega dan keju, kita menyusun kekuatan kita dengan kesadaran rakyat, agar benar-benar menggunakan kedaulatannya untuk bersatu melawan berbagai bentuk kedzaliman dari hukum-hukum kolonial itu,” tegasnya.
“Maka Soekarno, kata Bung Karno, tidak akan pergi dari Ende, biarlah kalau toh saya berkorban itu menjadi bagian dari pengorbanan cita-cita. Saya tidak akan pergi dari Ende saya datang dengan kepala tegak, maka saya akan keluar dari Ende dengan barisan kepala yang tegak bulat, itu kata Bung Karno,” sambungnya.
Dalam peringatan bulan Bung Karno, yang mencakup 1 Juni Hari Lahir Pancasila, 6 Juni kelahiran Bung Karno, dan 21 Juni wafatnya Bung Karno, Hasto mengajak semua pihak untuk meneladani kehidupan dan perjuangan Bung Karno.
“Dengan itu kita punya energi perjuangan yang tidak akan pernah habis, seperti kata Ibu Megawati Soekarnoputri bagaikan api perjuangan nan tak kunjung padam," tegasnya.