Menohok! Alasan Edy Rahmayadi Maju Lagi di Pilgub Sumut: Tolak Kepemimpinan Nepotisme

Mantan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.(istimewa/VIVA Medan)
Sumber :
  • VIVA.co.id/B.S. Putra (Medan)

VIVA  – Dihadapan rombongan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang belajar di Universitas Sumatera Utara (USU). Edy Rahmayadi menceritakan kilas balik dirinya saat menjabat sebagai Gubernur Sumut periode 2018-2023.

KPU: Idealnya Kepala Daerah Dilantik Setelah 13 Maret 2025

Mantan Pangkostrad itu, mengungkapkan saat memimpin Sumut lima tahun tersebut, segala menyingkirkan praktik nepotisme, dalam menahkodai Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut saat itu.

Atas hal itu, Edy Rahmayadi memiliki rasa cinta, kasih sayang, dan kesetiaan untuk Sumut. Ia juga menganut prinsip apa yang dipelajari, dikuasai, dan diyakini sesuatu hal yang baik, maka itulah yang dilaksanakan.

Setuju dengan Prabowo Pilkada Lewat DPRD: Saatnya Dievaluasi secara Menyeluruh

"Tidak nepotisme," ucap Edy Rahmayadi saat menjawab pertanyaan mahasiswa tentang hubungan kepemimpinan dan jabatan, berlangsung di Taman Edukasi Buah Cakra yang juga kediaman Edy Rahmayadi, di Desa Panah, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deliserdang, Sabtu pagi, 8 Juni 2024.

Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi

Photo :
  • VIVA/B.S Putra
PDIP: Pilkada Langsung Beri Pendidikan Politik kepada Masyarakat

Dalam kegiatan tersebut, Edy Rahmayadi menerima kunjungan belajar rombongan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di USU. Ia memberi motivasi dan arahan pada kesempatan itu.

Edy Rahmayadi mencontohkan, tak satu pun anggota keluarganya kebagian jatah jabatan selama 5 tahun gubernur, yang menahkodai organisasi Pemerintahan Provinsi Sumut.

"Saya punya menantu, saya punya anak. Kalau bisa anak saya nanti sudah saya jadikan DPR, habis itu nanti jadi bupati, jadi gubernur, memangnya negaranya nenek saya ini. Tak ada begitu!," tutur Edy Rahmayadi.

Mantan Ketua PSSI itu, mencontohkan kepemimpinan Umar bin Khattab (sahabat Nabi Muhammad SAW dan seorang Khalifah amirul Mu'minin kedua, setelah Abu Bakar wafat), yang tegas menolak anaknya menjadi pejabat, meskipun terpilih oleh tim penilai sebagai sosok yang layak berjabatan karena memiliki kompetensi yang mumpuni.

"Kamu coret nama itu. Itu kata Umar bin Khatab. Karena kalau itu walaupun sepandai apapun dia, apa kata orang nanti itu, ya iya, orang anak dia. Itu anak yang pandai, apalagi kalau anak yang kurang pandai," jelas Edy.

Edy Rahmayadi juga tak setuju seorang Gubernur kemudian menjadikan anaknya sebagai Gubernur. Hal itu, tidak lepas namanya membangun dinasti kekuasaan.

"Terus kalian-kalian ini ada yang anaknya Gubernur? Tidak. Wah berarti nanti nggak jadi Gubernur lah kalian. Kalau itu masih diterapkan seperti itu, wallahu a'lam. Saya tak setuju itu," tutur mantan Pangdam I Bukit Barisan.

Edy Rahmayadi mengungkapkan maju kembali di pertarungan Pilgub Sumut 2024, bukan haus kekuasaan. Tapi, menolak pemimpin hasil platform nepotisme.

"Salah satu itulah, saya akhirnya memutuskan saya maju lagi jadi Gubernur, saya tak mau saudara-saudara saya, anak saya, cucu saya, dipimpin oleh platform nepotisme, you know?," kata Edy tegas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya