Ahli Kubu 03 Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh dan Sumbar karena Gabung Jokowi
- vivanews/Andry Daud
Jakarta - Guru Besar dalam Bidang Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Prof. Suharko menilai suara Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menurun di Aceh dan Sumatra Barat di Pemilu 2024 karena pasangan capres-cawapres itu merapat ke kubu Jokowi.
Ia menganggap penurunan suara itu seolah-olah menjadi hukuman kepada Prabowo karena kawasan Aceh dan Sumatra Barat sebelumnya mendukung Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019.
Hal tersebut diungkap oleh Suharko saat dihadirkan sebagai ahli dari kubu pasangan capres-cawapres nomor 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Selasa, 2 April 2024.
Mulanya, hakim konstitusi Daniel Y P Foekh meminta Suharko untuk menjelaskan masalah peran Presiden dalam memenangkan pasangan Prabowo-Gibran.
Daniel menyebut ada perubahan suara Prabowo di Aceh dan Sumbar pada Pemilu 2024. Padahal, kata dia, Prabowo unggul di Aceh dan Sumatra Barat saat pemilu 2014 dan 2019.
"Ini ada anomali karena gini: dua Pemilu sebelumnya baik di Sumbar maupun di Aceh itu dimenangkan oleh Pak Prabowo. Sebaliknya justru pemilu sekarang itu di dua tempat itu Pak Prabowo tidak menang. Ini ada anomali, kira-kira faktor apa? Apakah ada signifikan dengan faktor figur atau faktor lainnya?" kata Daniel.
Suharko pun menjelaskan bahwa anomali suara Prabowo di Aceh dan Sumatra Barat itu karena dipengaruhi oleh Presiden. Menurutnya, hal itu terjadi juga dipengaruhi oleh sosok ketokohan Prabowo Subianto.
"Saya kira ada anak wali di Sumatra Barat dan di Aceh, tetapi justru itu memperkuat variabel ketokohan. Variabel ketokohan di Pemilu 2019 ketika Pak Prabowo menang di sana saya kira cukup kuat karena afiliasi atau identity oleh Pak Prabowo, saya kira mengarah kepada afiliasi muslim, ya," ujarnya.
Maka itu, Suharko menilai perubahan suara Prabowo di Aceh dam Sumatra Barat seolah-olah sebagai bentuk hukuman bagi Prabowo karena sudah bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi.
"Jadi, pergeseran ini saya kira justru memperkuat variabel ketokohan tadi. Jadi, masyarakat tidak diam, tetapi juga berpikir secara kritis seolah-olah, mohon maaf, ini menghukum paslon nomor urut 2 karena dianggap mungkin beralih dukungan menuju pada Pak Jokowi yang dulu mungkin tidak menang di Sumatra Barat dan di Aceh," katanya.