Ahli Kubu 03 Sebut Jokowi Pengaruhi Suara Ganjar di Kandang Banteng

Guru Besar Fisip UGM Prof Suharko saat bersaksi di sidang MK
Sumber :
  • Tangkapan layar MK

Jakarta - Kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menghadirkan ahli dalam sidang perselisihan pemilihan umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK). Salah satunya yaitu Guru Besar dalam Bidang Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Prof. Suharko.

Pakar Pidana: Tidak Mungkin Surat Keterangan 2 Ahli Kejagung di Sidang Praperadilan Bisa Sama Persis

Ia menyebut Presiden Jokowi menjadi salah satu penyebab suara Ganjar-Mahfud anjlok di kandang banteng, yakni Jawa Tengah dan Bali, disebabkan karena desain Jokowi.

"Karena itu kemudian saya kira sangat jelas, bahwa kemudian ketika terjadi penurunan suara di berbagai provinsi, katakanlah misalnya di Jawa Tengah itu, kan karena tindakan Pak Jokowi untuk turun ke masyarakat membagi-bagikan bansos, tampil di hadapan rakyat, berinteraksi dengan rakyat, itu semuanya memperkuat ketokohan dari Pak Jokowi," kata Suharko dalam persidangan, Selasa 2 April 2024.

Bela Jokowi, Rampai Nusantara Tak Sependapat Dengan Hasto Soal Kriminalisasi Terhadap Anies

Suharko juga menyebut Jokowi membuat desain untuk mempengaruhi perilaku pemilih, untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024

Budi Gunawan Minta Usulan KPU jadi Badan Ad Hoc Dikaji Lebih Dalam

"Jadi, saya kira kenapa suara lumbung nomor 3 itu turun? Karena memang by design tim pemenangan paslon 2 melalui Pak Jokowi, itu memang intensif melakukan upaya-upaya turun ke masyarakat dan kemudian dia hadir, dia ingin menunjukkan bahwa presiden peduli bahwa rakyat bawah dan seterusnya," kata dia.

"Pemerintah Jokowi memiliki dan menjalankan suatu desan sistematis untuk mempengaruhi perilaku pemilih, untuk memenangkan pasangan calon nomor 02," sambungnya.

Suharko menegaskan bahwa terdapat dua variabel penting dalam pemenangan Pemilu. Pertama, kata dia, yaitu kondisi ekonomi nasional dan kedua variabel kepemimpinan atau ketokohan. 

Dua variabel itu, kata dia, menjadi paling kuat berdasarkan data dari peneliti dan lembaga survei, sejak periode pemilu 1999-2019. Maka itu, lanjut Suharko, Presiden Jokowi dinilai menjadi faktor penting dalam desain pemenangan Prabowo-Gibran. 

"Saya melihat bahwa Pemerintahan Presiden Jokowi melakukan serangkaian tindakan-tindakan paslon nomor 2," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya