Prabowo-Gibran Menang Hampir di Semua Provinsi, Pengamat Bilang Begini

Prabowo Subianto terpilih jadi Presiden 2024
Sumber :
  • Dok.istimewa

Jakarta – Pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2024 berdasarkan hasil rekapitulasi suara 38 provinsi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Rabu, 20 Maret 2024.

Duit KPU Langkat Rp150 Juta untuk Pilkada Dirampok, Polda Sumut Ringkus 2 Pelaku

Prabowo-Gibran menang di 36 dari 38 provinsi di Indonesia. Mereka juga unggul dalam pemungutan suara di luar negeri. Dua provinsi lainnya dimenangkan oleh Anies-Muhaimin. Sementara itu, Ganjar-Mahfud tak menang di provinsi mana pun.

Prabowo Subianto terpilih jadi Presiden 2024

Photo :
  • Dok.istimewa
Anak Singa Jantan Lahir, Taman Safari Bakal Minta Izin Dinamai Prabowo

Pengamat Politik dari Citra Institute, Efriza mengatakan kemenangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 merupakan kemenangan rakyat Indonesia. 

“Kalau melihat fakta nyatanya 36 provinsi itu membuktikan bahwa ini adalah legitimasi yang terbaik yang didapatkan dari seorang presiden, legitimasinya cukup besar, dibandingkan lawannya hanya menang 2 provinsi bahkan ada yang nol di kandang sendiri pun tidak menang,” ujar Efriza, Rabu Maret 2024

Pentingnya Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Membangun Kewaspadaan Jelang Nataru

Efriza menambahkan, kemenangan meyakinkan Prabowo-Gibran dengan menyapu bersih di hampir mayoritas provinsi di Indonesia menjadi perhatian tersendiri. 

Sebab, ada beberapa provinsi di Jawa yang digadang-gadang akan dimenangkan oleh Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar seperti di DKI Jakarta atau Ganjar Pranowo di Jawa Tengah ternyata meleset dari dugaan, justru dua provinsi itu juga dimenangkan Prabowo-Gibran.

Selain itu, menurut Efriza faktor kemenangan Prabowo-Gibran itu salah satunya karena program yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu lebih diterima dan disukai masyarakat.

“Karena programnya, misal program Ganjar satu keluarga miskin satu sarjana atau menyelesaikan kasus tragedi 98, internet gratis tetapi itu kan ternyata tidak digubris oleh masyarakat dan itu dibuktikan dengan 0 provinsi yang menang, artinya programnya itu tidak diterima oleh masyarakat,” jelasnya.

“Kalau Anies ini juga semakin membuktikan bahwa program Anies perubahan atau beberapa program yang diusulkannya ini ternyata tidak dikorelasi positif dan ini membuktikan bahwa masyarakat jangan-jangan memang sudah melihat kegagalan Anies saat memimpin Jakarta,” imbuhnya.

Lanjut Efriza, dengan hasil pilpres ini program yang disukai masyarakat yaitu keberlanjutan pemerintahan atau meneruskan kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Efriza juga optimis transisi dari pemerintahan Presiden Jokowi ke Prabowo dan Gibran sebagai presiden dan wakil presiden juga dipercaya akan berjalan lancar, sebab berkaca dari transisi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2014 ke Presiden Jokowi yang saat itu dianggap oposisi saja berjalan baik apalagi Jokowi ke Prabowo yang masih dalam satu tim kerja.

“Dan ini sekali lagi menunjukkan satu sisi bahwa tongkat estafetnya dari Pak Jokowi ke Pak Prabowo masyarakat ingin dilanjutkan programnya dan ini artinya pemerintahan yang sangat smooth sekali kalau dulu saja kan dari SBY rival penguasa kepada oposisi lancar,” paparnya.

“Apalagi kalau ini benar-benar program lanjutan dan sama satu tim lagi dan ini membuktikan bahwa gambaran lanjutan apa yang dibawa oleh Pak Prabowo ini selaras dengan keinginan dari masyarakat dengan narasi survei kepuasan masyarakat atau publik kepada Pak Jokowi yang masih tinggi 75 sampai 80 persen,” ucapnya.

Prabowo-Gibran pantau quick count di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/02/24)

Photo :
  • Istimewa

Lebih lanjut Efriza mengatakan narasi Prabowo-Gibran yang bercita-cita membawa Indonesia Emas 2045 ternyata juga mendapat kepercayaan dari sebagian besar masyarakat Indonesia.

Selain itu, Efriza juga mendorong setelah resmi pengumuman pemenang Pilpres 2024 dari KPU, ia berharap kandidat yang kalah mau menerima hasil yang telah diputuskan.

Menurutnya, tidak perlu lagi menarasikan kecurangan pemilu karena hal itu sama saja tidak mempercayai kekuatan rakyat. Karena itu terus dihembuskan bukan simpati yang didapatkan malah justru sebaliknya mendapatkan sentimen negatif dari masyarakat.

“Bisa saja menjadi sentimen negatif dari masyarakat, apa sentimennya? masyarakat merasa bahwa legitimasinya diganggu dengan gaya-gaya mereka yang arogan dengan gaya mereka yang tidak menerima yang tidak mau menunjukkan sikap siap kalah, kalah menang merupakan hal biasa,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya