Pasca PPP Tak Lolos Parlemen, Bagaimana Nasib Partai Berbasis Agama?

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Hasil rekapitulasi nasional suara partai politik oleh Komisi Pemilihan Umum, KPU, Partai Persatuan Pembangunan atau PPP, tidak lolos parlemen di Pemilu 2024. Raihan suara akhir partai berlambang Ka'bah itu di bawah ambang batas parlemen 4 persen.

Yandri Minta Legislator PAN Kolaborasi dengan Kades: Bantu Sukseskan Swasembada Pangan

Terhadap hasil itu, PPP mengaku akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi atau MK.

Tidak lolosnya PPP, membuat hanya 8 partai politik yang pada Pemilu 2024 ini berhasil masuk DPR RI. Sedangkan bagi PPP, ini pertama kalinya mereka tidak berhasil masuk.

Zulhas Ingatkan 9 Kader PAN di Kabinet Prabowo Fokus Wujudkan Swasembada Pangan

Kondisi yang dialami PPP, menurut Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, ini sudah terlihat dari beberapa kali survei yang dilakukan. Ditambah dengan beberapa faktor lainnya yang semakin mempengaruhi pemilih.

"Selain karena konflik internal, manajemen partai, platform dan larinya basis tradisional, karamnya PPP dalam Pemilu 2024 juga menjadi sinyal bahwa partai yang mengusung platform keagamaan makin kecil ceruk pemilihnya," jelas Arif, kepada VIVA, Kamis 21 Maret 2024.

Zulhas Umumkan 3 Menteri Prabowo Gabung PAN: Menteri KKP Waketum, Mendag-Menhub Ketua DPP

Beberapa partai dengan platform agama seperti Partai Bulan Bintang atau PBB, dan partai baru seperti Partai Ummat, juga mengalami hal serupa. Pemilihnya hanya di bawah 1 persen. PPP menambah deretan partai berbasis agama yang tidak mampu masuk parlemen. Walau masih menunggu gugatan yang akan mereka ajukan ke MK.

Keberadaan Sandiaga Uno, yang baru masuk PPP usai mundur dari Gerindra, juga tidak memberi dampak yang besar untuk suara partai tersebut. Sandiaga masuk PPP jelang Pemilu 2024 dan diberi tugas sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu.

"Kalau lihat hasilnya faktanya tidak ada pengaruhnya (Sandiaga Uno masuk), kalau ada pengaruhnya suara naik atau minimal sama dengan pemilu kemarin," kata Arif.

Lebih lanjut Arif menilai, partai-partai berbasis agama perlu mengubah cara untuk menarik perhatian masyarakat pemilih. Sebab dengan kondisi yang dialami PPP sekarang, ceruk suara semakin kecil di setiap pelaksanaan pemilu.

"Saya kira peminat atau simpatisan partai Islam makin mengecil, karena itu partai Islam perlu memodifikasi agar tetap survive dalam kompetisi elektoral," katanya.

Sejauh ini, partai-partai Islam yang terbilang masih eksis yakni Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB dengan basis suara kaum Nahdliyin, atau Nahdlatul Ulama (NU). Ada juga Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, hingga Partai Amanat Nasional atau PAN yang basis pemilihnya dari warga Muhammadiyah.


Berikut total perolehan suara partai politik hasil rekapitulasi KPU di Pemilu 2024: 

1. PKB: 16.115.655 suara 

2. Partai Gerindra: 20.071.708 suara 

3. PDIP: 25.387.278 suara

4. Partai Golkar: 23.208.654 suara

5. Partai Nasdem: 14.660.516 suara

6. Partai Buruh: 972.910 suara

7. Partai Gelora: 1.281.992 suara

8. PKS: 12.781.353 suara

9. PKN: 326.800 suara

10. Partai Hanura 1.094.588 suara

11. Partai Garuda: 406.883 suara

12. PAN: 10.984. 003 suara

13. PBB: 484.486 suara

14. Partai Demokrat: 11.283.160 suara

15. PSI: 4.260.169 suara

16. Partai Perindo: 1.955.155 suara

17. PPP: 5.878.777 suara

18. Partai Ummat: 642.545 suara


Berikut delapan partai yang lolos ambang batas parlemen 4 persen:

1. PDIP 16,72 persen

2. Golkar 15,28 persen

3. Gerindra 13,22 persen

4. PKB 10,61 persen

5. Nasdem 9,65 persen

6. PKS 8,42 persen

7. Demokrat 7,43 persen

8. PAN 7,23 persen

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya