Susul Komeng, Komedian Asal Aceh Haji Uma Dipastikan Melenggang ke DPD RI

Aceh – Komedian asal Aceh, Sudirman alias Haji Uma meraih suara tertinggi di Pileg DPD RI daerah pemilihan atau dapil Aceh. Haji Uma sejauh ini meraup 452.384 suara sehingga diprediksi kembali melenggang ke lembaga tinggi senator di Senayan.

Perolehan suara yang didapat Haji Uma itu punya selisih jauh dengan caleg DPD yang berada di bawahnya.

Data penghitungan resmi atau real count KPU, Kamis, 22 Februari 2024, per pukul 13:01 WIB, suara Haji Uma sudah mencapai 452.384 atau 32,29 persen. Sementara, suara masuk di KPU sudah 66,59 persen atau 10.685 dari 16.046 TPS.

Adapun di posisi kedua ialah Darwati A Gani yang meraih 96.703 suara atau 6,9 persen. Selanjutnya, disusul ada Tgk Ahmada, 95.260 suara atau 6,8 persen. Kemudian, Fadhil Rahmi 62.888 suara atau 4,49 persen.

Untuk diketahui, jumlah calon anggota DPD RI dari Aceh pada Pemilu 2024 ini sebanyak 30 orang. Namun, dari total kandidat tersebut, hanya empat pemilik suara tertinggi yang bakal melenggang terpilih ke Senayan.

Figur Haji Uma merupakan komedian Aceh yang membintangi serial film ‘Eumpang Breuh’. Film itu sangat digemari  oleh masyarakat Aceh. Film ini sudah memiliki 13 episode yang dirilis setiap tahun.

Dari aktif di film tersebut, nama Haji Uma populer. Haji Uma juga diketahui petahana DPD RI asal Aceh.

Di Pileg 2019, suara Haji Uma membuat heboh karena hampir tembus 1 juta pemilih yakni lebih 960 ribu. Jumlah suara Haji Uma bahkan mengalahkan suara capres Jokowi – Ma’ruf Amin saat itu di Aceh.

Figur Haji Uma dikenal ringan tangan dan dermawan saat jabat di DPD RI. Dia diketahui kerap membantu memulangkan warga Aceh yang sakit ataupun meninggal dunia dari luar Aceh.

Maka tak heran, Haji Uma nanti akan gabung dengan komedian asal Jawa Barat Alfiansyah alias Komeng. Figur Komeng dari dapil Jawa Barat sudah meraih suara tertinggi dari dapil masing-masing.

 

Pilpres 2024 Dinilai Mulai Geser Demokrasi RI Jadi Otokrasi Elektoral yang Mengkhawatirkan

Pilprres 2024 dinilai sebagai fenomena yang mengkhawatirkan bagi demokrasi Indonesia karena mulai menggeser demokrasi Indonesia menuju otokrasi elektoral.

VIVA.co.id

20 Desember 2024